REPUBLIKA.CO.ID, Seorang pemimpin militer Iran mengatakan negaranya akan memproduksi masal replika Bladerunner 51, speedboat ciptaan Inggris yang diakui sebagai yang tercepat dalam jenisnya di dunia. Produksi ditujukan demi memperkuat persenjataan negara teluk tersebut. Iran akan melengkapi pula speedboat tiruan itu dengan misil dan torpedo berbarengan dengan rencana membangun pangkalan militer di Selat Hormuz
Jendral Ali Fadavi dari angkatan laut Garda Revolusi, kepada AFP mengatakan Bladerunner adalah kapal Inggris yang memegang rekor kecepatan tinggi di dunia. "Kami menirunya dan juga membuat perubahan sehingga kapal nanti dapat meluncurkan peluru kendali udara maupun bawah laut," ujarnya.
"Garda Revolusi akan diperalati dengan banyak kapal seperti itu dalam setahun," ujarnya dalam upaca penanda dilengkapinya 12 speedboat dengan misil dan torpedo untuk pasukan Garda.
Bladerunner 51, berbobot 16 ton dengan panjang 15,5 meter dirakit oleh pabrik kapal ICE Marine, Inggris. Kapal itu mampu mencapai kecepatan maksimum hingga 65 knot. Kapal tersebut, yang dijalankan dua mesin 1.000 tenaga kuda, dilaporkan pernah melakukan tur melintasi pulau-pulai kecil Inggris lebih dari 27 jam dengan rata-rata kecepatan 63 knot.
Pada akhir 2005, kapal itu memecahkan Rekor Dunia Mengeliling Inggris dalam 27 jam 10 menit dengan kecepatan rata-rata 63 m/jam (sekitar 102.2 km/jam). Rekor itu mebuktikan kemampuan dan kecepatan jelajah lautnya yang tinggi
Jendral Fadavi tidak menjelaskan secara detail bagaimana Iran bisa mendapat desain tiruan kapal tersebut. Ia hanya mengatakan memperoleh lewat Afrika Selatan.
Ia mengatakan sebuah kapal AS sempat mencoba mencegat kapal itu sebelum memasuki perairan Iran 18 bulan lalu. Namun, Fadavi menambahkan, tentara Iran melindunginya dan memastikan kapal tiba dengan selamat ke Iran.
Fadavi juga memperingatkan bahwa 'sewaktu-waktu Iran dapat menghadapi konflik dengan musuh di mana saja,". Ia menegaskan Iran memiliki kontrol strategis atas Selat Hormuz meski 40 persen pemasok minyak dari luar kini telah hengkang akibat resolusi terkini PBB.