REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antarbank Jakarta pada sesi perdagangan Kamis (12/8) siang tetap melemah. Pelemahan dipicu aktivitas pelaku pasar yang masih melepas rupiah.
Meski turun posisi rupiah masih di bawah level Rp9.000 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar turun 31 poin menjadi Rp8.999-Rp9.019 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp8.968-Rp8.978.
Direktur Currency Management Group, Farial Anwar, mengatakan, rupiah menurun, karena pasar masih negatif akibat menguatnya dolar AS. "Jadi faktor utama melemahnya rupiah karena dolar AS di pasar regional selama tiga hari terus menguat," ujarnya.
Menurut Farial Anwar , dolar AS melonjak terhadap euro karena investor mencari "safe haven" greenback (dolar AS) di tengah kekhawatiran atas potensi perlambatan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang belum pasti dan masalah di China yang terjadi akibat impor yang menguat dibanding ekspor memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, katanya.
Farial Anwar mengatakan, investor menempatkan dananya ke dolar dan yen yang dinilai lebih aman ketimbang mata uang lainnya. "Hal ini menunjukkan apa yang buruk bagi AS dan China akan menjadi buruk bagi seluruh negara di dunia," katanya.
Tekanan pasar yang masih, lanjut dia akan membuat rupiah kembali berada di atas Rp9.000 per dolar yang sebenarnya diinginkan eksportir. "Karena kalau rupiah berada dibawah Rp9.000 per dolar, membuat pendapatan negara dari ekspor berkurang, akibat daya saing produk ekspor itu melemah," tuturnya.
Pemerintah sendiri menilai rupiah saat ini sudah over value dan perlu diatasi agar tidak mengganggu kegiatan eksportir. "Kami optimis pemerintah akan melakukan yang terbaik bagi semua dunia usaha agar tetap dapat melakukan kegiatannya," ucapnya.