Sabtu 14 Aug 2010 03:36 WIB

Dubes Pertama Uni Eropa untuk AS Berpotensi Kecilkan Peran Inggris

Duta Besar Uni Eropa untuk AS, Joao Vale de Almeida.
Foto: THE DAILY TELEGRAPH
Duta Besar Uni Eropa untuk AS, Joao Vale de Almeida.

REPUBLIKA.CO.ID, Joao Vale de Almeida pekan ini resmi dilantik sebagai duta besar resmi Uni Eropa (UE) Untuk Amerika Serikat. Ia menyatakan pejabat Amerika harus menganggapnya sebagai tujuan kontak pertama bila ingin mendiskusikan pembicaraan urusan negara lintas-Antlantik tersebut.

Ia menjadi duta besar UE pertama yang ditunjuk setelah Perjanjian Lisbon yang dianggap kontroversial karena memberi UE kekuasaan baru. Duta besr baru itu juga mengklaim kini 'menjadi tokoh utama pertunjukan' di antara perwakilan negara-negara Eropa di Washington.

Penunjukkan Almeida bukan tanpa tentangan, terutama dari Inggris. Prospek bahwa pejabat UE akan berbicara atas nama Inggris dengan sekutu terpentingnya telah membuat marah sejumlah politisi yang skeptis dengan keberadaan UE. Mereka mengatakan situasi itu memperlemah pengaruh Inggris.

Komentar Vale de Almeida pun terdengar memperingatkan duta besar Inggris di Washington, Sir Nigel Shienwald. Nigel kini dianggap tengah berjuang membangun hubungan kuat dengan Gedung Putih setelah sebuah memo yang ia tulis untuk Gordon Brown berisi mempertanyakan pengalaman Barack Obama, bocor pada 2008.

Awal pekan ini, harian Inggris terkemuka, The Daily Telegraph, memberitakan bahwa Menteri Pertahanan Inggris telah menyewa pelobi handal berbasis di Washington untuk memperkuat kerja Kedutaan Besar Inggris.

Vale de Almeida pun menekankan pada pejabat Washington dan politisi bahwa di bawah Perjanjian Lisbon, ia pun memiliki kekuasaan lebih ketimbang pendahulunya. "Saya adalah duta besar tipe terbaru untuk UE yang pertama kali ada di dunia," ujarnya. "Saya memiliki mandat lebih luas," imbuhnya.

"Delegasi kami kini dapat mencakup spektrum masalah lebih luas diluar dimensi ekonomi, perdagangan dan kebijakan. Tugas juga meliputi kebijakan politik UE, termasuk kebijakan luar negeri dan keamanan," tegasnya.

Perjanjian Lisbon yang berlaku tahun lalu membawa UE kian dekat sebagai entitas tunggal di urusan internasional. Kesepakatan itu menjadikan presiden negara eropa, menteri luar negeri dan diplomat UE memiliki kekuatan untuk berbicara atas nama 27 anggota atas berbagai isu.

Sebelumnya muncul pernyataan yang menyimbolkan pandangan Amerika terhada EU, dari mantan menlu AS, Henry Kissinger, yang berbunyi, "Ketika saya ingin berbicara dengan Eropa, saya harus mengontak siapa?"

Kini, sebagai respon pertanyaan itu Vale de Almeida mendeklarasikan, "Dalam kode area itu, anda akan mengontak saya,". Sang duta besar juga berkeyakian bahwa ia tak ingin mengecilkan posisi duta besar negara-negara anggota UE, yang akan terus menjalankan tugas terkait hubungan bilateral. "Ketika berbicara masalah posisi, saya adalah pemimpin pertunjukkan," ujarnya menegaskan.

Perjanjian Lisbon membuat politisi menyarankan EU seharusnya mengambil alih peran negara-negara seperti Inggris dan Prancis dalam badan-badan internasioal termasuk di PBB dan IMF.

Seorang anggota parlemen Inggris, Earl of Dartmouth, mengatakan komentar dubes UE adalah bukti bahwa tugas diplomatik EU akan melebihi kekuasan negara-negara UE. "Semua pihak telah mendukung dan menerima dominasi EU melalui Perjanjian Lisbon dan inilah hasilnya. Pemerintah Inggris akan ditinggalkan dalam diskusi bagaimana aktor Inggris dapat menunjukkan tampilan terbaik di Hollywood," ujarnya. "Tentu saja yang pasti Inggris akan tetap menggunakan hak istimewanya," imbuhnya lagi.

Pengamat politik internasional menganggap kehadiran duta besar Vale de Almeida hanyalah permulaan. Posisi Inggris sebagai pemilik kursi tetap di Dewan Keamanan PBB pun telah dibidik oleh UE.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement