REPUBLIKA.CO.ID, QANDIL MOUNTAINS, IRAK--Pemberontak Kurdi dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) telah mengumumkan gencatan senjata terhadap pasukan Turki hingga 20 September, demikian menurut seorang pejabat PKK, 13 Agustus. Gencatan senjata yang kekal dimungkinkan, jika Turki menghentikan operasi militer, membebaskan sekitar 1.700 tahanan politik dan memulai proses perdamaian, kata pejabat PKK Bozan Tekin pada wartawan di gunung dekat perbatasan Turki itu.
"PKK telah mengumumkan gencatan senjata bersyarat," ujar Tekin, dengan menyebut bulan suci Ramadan sebagai alasan bagi tindakan tersebut. Pengumuman itu terjadi beberapa hari setelah Turki mengatakan pemberontak PKK telah meledakkan sebuah pipa di Turki tenggara yang menyalurkan minyak Irak.
Ditanya apakah pemberonatk itu yang menyerang pipa tersebut, Tekin mengatakan: "Ya, tentara kami yang melakukannya. Itu adalah bagian dari pertahanan diri kami. Minyak tidak hanya terkait dengan ekonomi, tapi telah diubah menjadi senjata terhadap kami," katanya, tanpa memerinci.
Tekin jmenambahkan, "Kami yakin bahwa gencatan senjata pada waktu ini mungkin memiliki hasil positif terhadap perkembangan politik dan penyelesaian damai".
Pemerintah Turki pada masa lalu telah menolak pernyataan gencatan senjata sepihak PKK dan mengatakan bahwa gencatan senjata harus dari dua pihak sah dalam konflik. PKK pun membatalkan gencatan senjata sebelumnya karena operasi militer diteruskan oleh militer Turki terhadap pemberontak itu.
Mereka membatalkan gencatan senjata pada 14 bulan lalu. Lebih dari 100 personil militer tewas sejak Maret. Jumlah itu melampaui korban tewas seluruhnya pada 2009.
Kekerasan itu telah merusak upaya pemerintah PM Turki. Tayyip Erdogan, untuk meningkatkan hak-hak minoritas Kurdi dalam upaya mengakhiri konflik separatis 26 tahun itu. Pemerintahnya telah mendapat tekanan untuk menahan kekerasan yang mengancam untuk menghantam popularitasnya dalam pemilihan yang ditetapkan pada Juli 2011.
Lebih dari 40.000 orang, sebagian besar orang Kudi, telah tewas sejak PKK mengangkat senjata melawan Turki pada 1984 untuk memperoleh tanah air merdeka. Pemberontak itu mengatakan mereka sekarang menginginkan hak-hak yang lebih besar dan otonomi bagi kira-kira 15 juta orang Kurdi Turki. Pasukan khusus Turki telah menangkap pemimpin PKK, Abdullah Ocalan, pada 1999 setelah memaksanya untuk meninggalkan tempat perlindungannya di Suriah.