Rabu 18 Aug 2010 01:23 WIB

AS Khawatirkan Peningkatan Aktivitas Militer Cina

Rep: Wulan Tunjung Palupi/AP/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Parade persenjataan tempur di Cina (Ilustrasi)
Parade persenjataan tempur di Cina (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Bersamaan dengan munculnya laporan bahwa Cina telah menggeser Jepang sebagai ekonomi terbesar kedua dunia, Departemen Pertahanan AS mewaspadai meningkatnya postur militer CIna di wilayah Asia. Laporan Pentagon kepada Kongres AS menyebutkan  kemampuan militer Cina dapat menjangkau negara-negara lain di Asia seperti Taiwan hingga Guam, yang dikuasai AS.

Pernyataan ini merupakan garis besar laporan tahunan Pentagon yang didasarkan sejumlah data seperti peningkatan anggaran militer untuk keperluan senjata nuklir, misil jarak jauh, kapal selam, kapal induk dan perlengkapan perang dunia maya . "Keseimbangan pasukan militer di wilayah selat (Taiwan) terus berlanjut dengan dukungan kekuatan dari (Cina) daratan)," demikian tulis kata laporan yang dikeluarkan Selasa (17/8).

Pentagon mengatakan peningkatan postur militer Cina di Selat Taiwan terus berlanjut kendati hubungan politik dan perdagangan antara kedua negara membaik. Cina tidak mengakui keberadaan Taiwan sebagai sebuah negara otonom sejak Ma Ying-jeou terpilih menjadi pemimpin Taiwan pada 2008.

Laporan ini tertunda selama lima bulan di tengah ketegangan yang meningkat antara AS dan Cina akibat masalah Google dan dukungan AS atas Taiwan. AS pada awal tahun ini sepakat menjual 6,4 miliar dolar paket senjata pesanan Taiwan yang membuat Cina berang.

Taiwan mengatakan mereka memantau ketat perkembangan pertahanan Cina setelah mengetahui laporan AS. "Cina tidak menyerah dalam menggunakan kekuatan terhadap Taiwan dan kami memonitor perkembangan militer Cina. Kami ingin agar publik mengetahuinya," ujar jurubicara kementerian pertahanan Taiwan, Yu Sy-tue, seperti dikutip AFP.

Cina menganggap Taiwan--di mana para politisi Cina yang kalah pada Pemilu 1949 telah terbang dari wilayah itu--tetap sebagai bagian dari negaranya dan masih  menantikan reunifikasi, meskipun dengan kekerasan. Namun dalam dua tahun belakangan hubungan antara Cina dan pimpinan Taiwan Ma Ying-jeou sedikit membaik karena kebijakan Ma yang melunak kepada Cina.

Ma berupaya meyakinkan bahwa Taiwan tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata dengan Cina. Meskipun ancaman itu terpampang nyata di depan mata.

Militer AS dalam laporannya menyebutkan Cina sudah melihat kemungkinan jangkauan di luar Taiwan, termasuk pentingnya melanjutkan proyek lama militer yakni membangun sebuah rudal jarak jauh yang memiliki daya jangkau hingga kapal induk AS di Pasifik. Tren saat ini dalam fokus militer Cina adalah mengubah keseimbangan militer Asia Timur dan agar Cina dapat memiliki kekuatan yang mampu melakukan berbagai operasi militer di Asia jauh melampaui Taiwan.

"Cina tengah membangun rudal dengan jarak jangkau yang lebih jauh namun masih membutuhkan dukungan infrastruktur teknis agar senjata itu dapat digunakan," demikian tutur pejabat militer AS yang turut menyusun laporan tersebut. Jepang dan Vietnam, yang keduanya memiliki ketegangan sejarah dengan Cina, telah melaporkan insiden meningkatnya postur militer Cina dalam beberapa bulan terakhir. Laporan itu meramalkan Cina mungkin akan meningkatkan patroli di Laut Cina Selatan.

Pada Maret tahun ini, Cina menyatakan meningkatkan anggaran pertahanan sebesar 7,5 persen menjadi 532,1 miliar yuan atau 77,9 miliar dolar. Pentagon memperkirakan secara keseluruhan pengeluaran militer Cina berjumlah lebih dari 150 miliar dolar pada 2009, termasuk anggaran yang belum dirilis ke publik. Jumlah ini masih jauh di bawah anggaran pertahanan AS yang terbesar di dunia, yakni mencapai 700 miliar dolar lebih pada tahun fiskal 2009 yang dimulai pada Oktober.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement