Rabu 18 Aug 2010 02:36 WIB

Konflik Dunia Maya India-Pakistan Kembali Terjadi

Rep: Wulan Tunjung Palupi/AP/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI--Masalah keamanan ber-internet kembali menjadi isu kontroversi di wilayah Asia. Setelah perangkat BlackBerry mengalami penjegalan di sana-sini terkait data yang dienkripsi, kini "perang" dunia maya terjadi antara India dan Pakistan.

Situs seorang anggota parlemen India, Vijay Mallya diserang oleh kelompok yang mengaku bernama Pasukan Cyber Pakistan. Mallya adalah anggota parlemen yang populer, pengusaha minuman keras yang juga mengepalai sebuah maskapai penerbangan dan memiliki tim balap Formula Satu. Insiden ini dianggap sebagai indikasi lemahnya keamanan berinternet di wilayah Asia Selatan.

"Ini adalah pembalasan dari Pasukan Cyber Pak sebagai balasan serangan ke situs kami," demikian bunyi pesan yang terlihat di situs www.mallyainparliament.com , sebagaimana dilaporkan media India. Tertulis juga kata-kata berbunyi, "Anda bermain-main dengan api, ini bukan permainan anak-anak. Ini peringatan terakhir, jangan merasa Anda aman di dunia maya."

Mallya, yang juga pemilik klub kriket, India Premier League Royal Challengers Bangalore, telah berjanji untuk membawa masalah ini dengan pemerintah di New Delhi dan polisi. Analis Keamanan Ajai Sahni menolak bahwa situs tersebut diserang oleh suatu kelompok resmi. Serangan itu  bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan India dan Pakistan akhir pekan lalu.

"Mereka membobol sejumlah situs setiap tahun, ini hanya sekelompok anak muda yang tak punya kegiatan ," kata Sahni, direktur eksekutif Institut Untuk Manajemen Konflik di New Delhi. Menurut dia ancaman yang lebih serius tidak akan berbentuk seperti apa yang sudah dilakukan oleh kelompok ini.

Pasukan Cyber mengklaim merekalah yang menyerang sejumlah situs India dalam beberapa tahun terakhir, termasuk situs perusahaan minyak milik negara dan Natural Gas Corporation, sebagai pembalasan atas hacker yang menyerang situs Pakistan. Konflik di dunia maya ini adalah konflik langsung terbaru setelah terakhir terjadi di era 1990-an, saat ketegangan di wilayah Kashmir nyaris membawa negara bertetangga ini ke ambang perang.

Spesialis IT di India mengatakan, mereka heran pada serangan terbaru ini yang terjadi karena kurangnya kesadaran tentang keamanan Internet di seluruh negeri, termasuk di kalangan pemerintahan. India hanya menempatkan sedikit perhatian pada perlindungan data individu dan organisasi sementara di banyak negara lebih memilih untuk menjaga rahasia, seperti informasi mengenai nomor paspor, rincian rekening bank atau kontrak kerja.

"Privasi adalah sebuah konsep tidak berakar pada budaya India. Saya tidak berpikir bahwa kita dapat mengubah dan saya rasa tidak akan berubah," kata Vijay Mukhi, analis keamanan internet. Menurut dia pemerintah tidak peduli untuk melindungi informasi online, sementara korporasi untuk beberapa alasan semata-mata tak ingin mengeluarkan uang untuk keamanan dunia maya.  Ia menyayangkan alasan didasarkan pola pikir bahwa serangan cyber jarang terjadi.

Sementara, penulis masalah bisnis dan teknologi, Arun Prabhudesai,  mengatakan kemudahan mengatur website pribadi tidak diikuti dengan kesadaran melindungi situs yang dikelolanya tersebut. Menurut India Computer Emergency Response Team, sebuah badan pemerintah yang melacak masalah keamanan TI, lebih dari 3.600 website di India diserang dalam enam bulan pertama tahun ini.

Peneliti Kanada pada April lalu menuding jaringan berbasis Cina mencuri rahasia militer India melalui virus trojan sebagai bagian dari skema spionase cyber pada komputer di seluruh dunia.

Prabhudesai mengatakan software untuk menemukan "pintu belakang" ke dalam sebuah website kini kian mudah didapat dan dalam berbagai cara, apalagi India memiliki spesialis TI yang semakin banyak. Ia menganggap serangan di dunia maya ini bisa bermotif karena kebencian atau berawal dari sekedar penasaran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement