REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK-- Gubernur New York, David Paterson, berencana untuk membahas relokasi pusat budaya Islam dengan masjid di dalamnya yang semula direncanakan dua blok dekat Ground Zero. "Kami bekerja sama dengan para pengembang," kata juru bicara Paterson, Maggie McKeon. "Memang belum ada diskusi formal antara gubernur, imam, atau pengembang. Namun, kami berharap dapat memiliki pertemuan dijadwalkan dalam waktu dekat."
Anggota Senat AS untuk New York, Peter King, mengatakan dia membicarakan masalah dengan Paterson pada hari Selasa dan gubernur mengatakan bahwa dia akan bertemu pekan ini dengan perwakilan Muslim untuk membahas penyediaan dana negara untuk membantu mereka mencari lokasi lain.
Seorang juru bicara untuk proyek itu, Oz Sultan, mengatakan rapat belum dijadwalkan. "Kami menghargai inisiatif gubernur dan saat kami terus melakukan percakapan dengan banyak pejabat," kata Sultan.
Proyek ini, direncanakan dua blok dari lokasi serangan 11 September 2001, oyang menghancurkan Gedung World Trade Centre dan menewaskan sekitar 3.000 orang. Proyek itu telah menimbulkan debat nasional mengenai apakah pusat Islam harus dibangun di sana.
"Jika langkah semua orang kembali dan melihat ini, itu benar-benar berada dalam kepentingan semua orang ... khususnya komunitas Muslim, untuk menunjukkan bahwa mereka serius tentang membangun jembatan dan bahwa mereka tidak hanya berusaha untuk membuat pernyataan dengan memiliki sebuah masjid yang dibangun di atas Ground Zero," kata King.
Ia mengatakan ingin melihat pusat budaya dan masjid dibangun tapi jauh dari lokasi serangan. Lokasi yang diusulkan saat ini akan membuka kembali luka terlalu banyak, katanya.
"Ini hanya membuka luka lama dan menuangkan garam ke dalamnya," tambahnya.
Presiden Barack Obama memasuki ranah diskusi Jumat pekan lalu, saat ia menyatakan dukungannya ats kaum Muslim untuk membangun pusat budaya di lokasi itu. Namun sehari kemudian ia meralat, omongannya adalah dalam konteks kebebasan beragama, bukan lokasi yang tepat bagi masjid.
Partai Republik memanfaatkan omongan Obama ini untuk meraih dukungan dan menyerang Partai Demokrat.