REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Juru Bicara Kepresidenan Julian A Pasha menegaskan, beredarnya buku wawancara khusus putra sulung Presiden, Agus Harimurti Yudhoyono, yang menjadi cenderamata bagi para undangan yang menghadiri upacara peringatan Hari Kemerdekaan, Selasa (17/2), tidak memakai anggaran negara alias APBN. Ia juga menyatakan buku-buku tentang sosok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono harus dimaknai positif.
Julian mengatakan, buku wawancara dengan Agus itu merupakan inisiatif dari Harian Jurnal Nasional. Dia mengingatkan, Harian Jurnal Nasional juga terbit secara khusus pada Selasa (17/2) yang berisi artikel tentang Presiden Susilo Bambang Yudhyono. "Perlu diketahui bahwa itu inisiatif Jurnas," kata Julian menegaskan.
Atas penerbitan buku wawancara dengan Agus dan koran edisi khusus itu, negara sama sekali tidak mendanai. "Saya pastikan itu bukan dari uang negara atau bersumber dari APBN," kata Julian. Dia menambahkan, Presiden sangat hati-hati dan sangat memperhatikan mana yang menjadi tanggung jawab pribadi dan negara.
Mengenai cenderamata lainnya yang diberikan kepada para undangan, Julian mengatakan, hal itu memang rutin dilaksanakan setiap tahun. "Lazimnya setiap tahun setiap perayaan 17 Agustus diberikan souvenir, tentu saja koordinasi dengan Rumah Tangga Kepresidenan, jadi memang itu hal yang rutin terjadi setiap tahun," ujar Julian. Mengenai cenderamata buku-buku tentang Presiden dan Ibu Negara, Julian mengatakan, hal itu positif kalau kita melihat dari sisi positif.
Julian mengelak jika Presiden tidak membedakan mana kepentingan negara dan pribadi ketika menyebarkan cinderamata itu dalam upacara kenegaraan. Dia malah mengingatkan bahwa upacara bendera tahun ini lebih terbuka dan menghargai pluralisme. "Kalau anda perhatikan kemarin upacara itu ditampilkan juga barongsai, saya hanya ingin mengingatkan satu sisi bagaimana kita bisa menjawab atau menilai sesuatu," kata dia.