REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah drama komedi yang ditayangkan di televisi Saudi menghantam titik krusial masyarakat di negara yang dikenal sangat patriarkis itu: harga diri pria dan standar ganda.
Cerita itu sebenarnya adalah satu episode lepas dari serial Tash Ma Tash, atau "Bukan Masalah Besar" sebuah acara yang dimaksudkan sebagai pelucutan kedok prasangka sosial. Serial komedi dengan episode saling lepas itu disiarkan setiap tahun khusus di Bulan Ramadhan.
Karakter utama dalam episode itu adala si wanita menikahi empat lelaki. Ia memaparkan dirinya menggunakan argumen konvensional yang kerap dilakukan pria Saudi atas hak istimewa untuk menikah empat kali.
Ketika ia menikah untuk kedua kali, si lakon wanita mengeluh suami pertamanya berhenti memperhatikan penampilanya setelah lima tahun menikah dan perhatian suaminya terlalu banyak dicurahkan untuk pekerjaan.
Lalu, pernikahan ketiganya dilakukan atas tantangan seorang teman dan pernikahan keempat, dengan seorang pria Syiria, ia lakukan karena kini ia mengaku bosan dengan lelaki Saudi. Sampai di sana, cerita belum selesai.
Si wanita itu mulai berpikir dan menginginkan menikah kelima kali. Keinginan itu membuat para suaminya jatuh dalam kecemburuan lebih dalam. Empat lelaki itu pun mengadakan undian di antara mereka, siapa nanti yang akan diceraikan.
Para imam konservatif, yang kini dinilai dalam masa bertahan--mengingat Raja Abdullah berupaya memodernisasi beberapa perilaku sosial di dalam negara--merespon keras acara tersebut. Sementara itu, kaum adam negara Saudi menyerang serial komedi itu lewat internet dan menuding sebagai promosi terhadap prostitusi.
"Ini benar-benar melukai kita," ujar seorang imam, Sheik Sa'ad Al Buraik. "Atas nama komedi mereka mengolok-olok agama dan keyakinan kita."
Sejak pertama kali tayang, sudah muncul banyak seruan untuk melarang tayangan Tas Ma Tash. Namun sejauh ini upaya tersebut bertemu tembok karena acara itu ialah satu program favorit Raja Abdullah.
Pekan lalu, sebuah episode juga memprovokasi kontroversi karena menceritakan dua lelaki yang mengunjungi saudara seibu mereka, hanya untuk mengetahui jika si saudara ternyata pendeta Kristen. Keterkejutan itu terungkap saat merekam mengetahui. Namun, terlepas dari agama saudara mereka, kedua lelaki itu datang untuk menghormatinya atas sifat kejujuran dan kedermawanan.