REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Keinginan membangun masjid di dekat lokasi runtuhnya menara kembar WTC atau kerap disebut ground zero di jantung Manhattan, New York, masih menjadi perdebatan. Bahkan, perdebatan sengit itu kini telah menjadi isu nasional di Amerika Serikat.
Warga Muslim di Manhattan mengatakan, mereka hanya ingin tempat sholat yang nyaman dan aman. Selama ini, mereka sholat lima waktu di ruang bawah tanah yang padat. Bahkan, untuk menjalankan sholat Jumat, mereka menggelarnya di jalanan. Warga Muslim menegaskan sikapnya yang tak mau mencari konfrontasi dengan siapapun dengan rencana pembangunan masjid yang lokasinya dua blok dari ground
zero itu.
''Kau tahu berapa banyak umat Islam di daerah ini? Pada hari Jumat, kami menggunakan jalan untuk sholat, dan kami memiliki izin dari polisi untuk memblokir jalan-jalan,'' kata Saad Madaha (32), seorang konsultan asal Ghana yang biasa sholat di Masjid Manhattan yang terletak di ruang bawah tanah yang sempit di bawah sebuah klub malam.
''Saya hanya menginginkan masjid yang benar-benar terlihat sebagai masjid. Saya ingin pergi dan sholat dengan khusuk di masjid itu tanpa mendengar suara musik yang keras di kepalaku,'' tambahnya seperti ditulis Reuters.
Masjid Manhattan merupakan salah satu dari dua masjid di daerah tersebut yang letaknya empat blok dari ground zero. Masjid itu hanya dikenali dari sebuah tanda sederhana di pintu berupa tulisan masjid yang mengarah dari trotoar ke ruang sholat yang terletak di basement. Sementara masjid yang diusulkan Cordoba Initiave rencananya akan dibangun menyatu dalam sebuah Islamic Center. Di dalamnya terdapat pula pusat bisnis, restoran, bahkan kolam renang. Izin pembangunannya telah dikeluarkan oleh otoritas setempat.
Kami ingin sholat dengan damai
Kalangan Muslim di Manhattan memahami kerisauan kelompok yang menentang pembanguan masjid di dekat ground zero. Sebagian bahkan bisa menerima usulan Gubernur New York, David Paterson, agar lokasi pembangunan masjid dipindah. ''Kita membutuhkan masjid, bisa di mana saja, asal tidak di Ground Zero, karena ini akan menjadi masalah sepanjang waktu,'' kata Sheikh Husain (42) seorang imigran dari Bangladesh.
''Kami ingin sholat dengan tenang dan tidak ingin memerangi orang lain di lokasi ini. Jika masjid ini dibangun di sini, setiap kali ada terorisme, mereka akan menyalahkan kami,'' tambahnya.
Lain lagi pendapat Madaha. Dia menolak jika masjid mesti dipindah ke tempat lain yang lebih jauh dari pusat Manhattan. ''Kalau mereka memindahnya, bagi saya, itu sebuah tamparan bagi agama saya,'' katanya.
Peter AWN, seorang profesor agama Islam di Columbia University, mengatakan lokasi pembangunan masjid di pusat Manhattan sebenarnya sudah tepat. Dia pernah meneliti perilaku umat Islam di sana.
Alasannya, wilayah itu terhubung dengan transportasi umum yang baik dan memiliki konsenstrasi besar pekerja seperti di daerah Wall Street. ''Lokasi di pusat kota sudah sempurna karena itu akan menjadi sentral bagi orang-orang (Muslim) di Brooklyn, Queens, dan Manhattan. Dan jika Anda bekerja di pusat kota, ini tempat yang tepat untuk sholat di siang hari,'' tuturnya.