REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua MPR Taufiq Kiemas menegaskan, kemajemukan atau pluralisme Indonesia bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi perlu dikelola dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Saat berbuka puasa bersama di kediamannya Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Kamis, Ketua MPR itu berpendapat bahwa dengan kemampuan bangsa Indonesia mengelola dengan baik kemajemukan itu, maka negara tersebut dapat tumbuh menjadi bangsa yang kuat dan tangguh.
Lebih lanjut Taufiq Kiemas mengatakan bahwa ibadah puasa yang sedang dijalani bangsa Indonesia saat ini pada hakekatnya juga merupakan wahana untuk pengendalian diri dalam menghadapi berbagai persoalan, termasuk persoalan bangsa. "Melalui pengendalian diri akan tumbuh kesadaran, diantaranya kesadaran akan penerimaan terhadap kemajemukan agama, budaya dan suku bangsa serta bahasa yang ada pada bangsa kita sebagai sebuah keniscayaan," ujarnya.
Dalam acara buka puasa bersama peserta grand final cerdas cermat SLTA itu, Taufiq juga menyatakan bahwa saat ini merupakan momentum bangsa Indonesia kembali kepada nilai-nilai luhur jati diri bangsa yang bersatu dalam kemajemukan. Upaya tersebut, menurut dia, dapat dilakukan melalui pemahaman empat pilar kehidupan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Sejumlah peserta grand final lomba cerdas cermat yang turut buka puasa bersama Taufiq Kiemas dan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri itu berasal dari SMAN I Padang Panjang Sumbar, SMAN III Unggul Tenggarong Kaltim dan SMAN Siwalima Maluku. Tampak hadir pula dalam buka puasa bersama itu Ketua DPD RI Irman Gusman dan Ketua DPR RI Marzuki Alie serta sejumlah wakil ketua MPR di antaranya Hajriyanto Tohari dan Lukman Hakim Saefuddin.
Sementara itu saat menjawab pertanyaan peserta cerdas cermat seputar perbandingan generasi saat ini dengan sebelumnya , mantan Presiden Megawati menyatakan keprihatinannya atas kondisi generasi saat ini yang seolah-olah hidup di awang-awang. "Mereka (generasi muda saat ini) tidak menyadari bagaimana susahnya generasi pendahulu berjuang merebut kemerdekaan bangsa ini," ujarnya.
Menurut Megawati, generasi muda saat ini harus banyak belajar untuk meneguhkan kembali jati diri bangsa yang mulai memudar itu. "Sekarang ini orang mudah sekali berkelahi. Apakah itu mencerminkan nilai-nilai Pancasila?," ujarnya.
Pada bagian lain ketika ditanya tentang penanganan masyarakat di daerah perbatasan yang lebih mengenal negara tetangga ketimbang Indonesia, Megawati menjawab bahwa sewaktu dirinya menjabat presiden, dia telah menginstruksikan semua pembantunya agar memberi perhatian penuh dalam penanganan pulau-pulau terluar itu. "Dulu saya sudah menginstruksikan agar pulau-pulau terluar segera diinventarisasi, diberi nama dan kemudian penduduknya diberi aktivitas produktif," ujarnya.
Namun, menurut Mega, hal itu ternyata belum selesai dan negara tetangga justru banyak memberikan kemudahan bagi WNI yang ada di wilayah perbatasan. Karenanya para WNI itu lebih mengenal negara tetangga ketimbang negaranya sendiri dan hal tersebut harus ditangani serius oleh pemerintahan saat ini.