REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan Menteri Pertanian Anton Apriantono mengatakan, sampai saat ini daya saing industri gula nasional masih tergolong rendah. Dalam diskusi mengenai industri gula nasional di Jakarta, Kamis, Anton mengatakan, hal itu antara lain terlihat dari masih tingginya perbedaan harga gula dalam negeri dengan harga gula internasional. "Sampai saat ini masih menunjukkan perbedaan angka yang cukup signifikan, kurang lebih Rp3.000 per kilogram, ini akan membuat industri berbasis gula tak mampu bersaing dengan industri sejenis di luar negeri," katanya.
Ia menambahkan, produktifitas industri gula Indonesia juga masih rendah yakni rata-rata hanya 6,2 ton hablur per hektare pada 2009, bahkan jauh lebih rendah dibanding produktifitas industri gula di Jawa tahun 1970-an yang rata-rata mencapai 10 ton hablur per hektare. Produktifitas industri gula dalam negeri, menurut dia, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata produktifitas industri gula di dunia dan negara penghasil gula yang lain seperti Australia, Mesir, Brazil, Amerika Serikat, Kolombia, Meksiko dan India.
Menurut dia, rendahnya produktifitas pada tingkat budidaya dan efisiensi pabrik gula merupakan penyebab rendahnya daya saing sebagian besar industri gula. Indonesia, lanjutnya, juga masih mengimpor gula dalam jumlah sangat besar yakni sebanyak 2,13 juta ton gula mentah.
Ia mengatakan pemerintah harus fokus pada peningkatan daya saing industri gula nasional untuk mewujudkan swasembada gula pada 2014 karena kedepan tidak mungkin lagi melakukan perlindungan dengan penetapan harga gula. Pemerintah, lanjut dia, sebaiknya menyehatkan pabrik-pabrik gula di Jawa yang tidak efisien dan berproduksi rendah serta membangun pabrik gula baru dan memperluas areal tanam dengan tetap mempertahankan aspek daya saing. "Dana bea masuk impor gula sebaiknya digunakan untuk meningkatkan produktifitas kebun, efisiensi pabrik gula dan pembangunan pabrik gula," katanya.
Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan Diah Maulida mengatakan sebagian pendapatan dari bea masuk impor gula selama ini juga digunakan untuk meningkatkan produktifitas kebun dan membantu petani tebu. "Tapi tidak langsung, masuk sebagai penerimaan negara dulu, baru kemudian sebagian dialokasikan untuk Kementerian Pertanian dan diantaranya digunakan untuk meningkatkan produktifitas kebun dan membantu petani, tapi tidak secara otomatis," katanya.
Pemerintah juga sudah merencanakan pencapaian swasembada gula pada 2014 melalui peningkatan produktifitas, perluasan areal, revitalisasi pabrik gula, dan pengaturan kelembagaan. "Untuk revitalisasi pabrik gula, sudah peta jalan dan dan rencana aksi rinsi di Kementerian Perindustrian," katanya.