REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR--Para jurnalis se-Makassar, Sulawesi Selatan, berencana menggelar kenduri duka bagi keluarga Ridwan Salamun, Ahad (22/8). Ridwan adalah kontributor SunTV dan RCTI di Ambon yang tewas saat bentrok warga.
Kegiatan itu digelar sebagai bentuk kepedulian insan pers di Makassar kepada sesama jurnalis di Ambon. Sebagai agenda lanjutan, jurnalis juga bakal mengadakan penggalangan dana besok.
Jenazah Ridwan Salamun, Sabtu (21/8) siang, dievakuasi ke rumah duka di Batu Merah, Puncak, Ambon. Kedatangan jenazah disambut histeris keluarga dan ratusan rekan-rekan korban.
Keluarga korban tak kuasa menahan sedih saat jenazah tiba di rumah duka. Keluarga menangis histeris seolah tak percaya Ridwan pulang dalam wujud terbujur kaku tanpa nyawa. Korban meninggalkan seorang istri dan seorang anak.
Ridwan tewas secara sadis dengan luka di sejumlah bagian tubuhnya. Ia tewas saat meliput bentrokan antarwarga di kawasan Piditan Kei Kecil, Kota Tual. Korban sempat disandra sebelum dibunuh. Kamera korban juga dirampas dan hingga kini belum ditemukan.
Kapolda Maluku Brigadir Jenderal Polisi Totoy Herawan Indrah mendatangi rumah korban. Kapolda Maluku menegaskan, polisi akan mengusut tuntas kasus tewasnya Ridwan Salamun. Setelah disemayamkan berada di rumah duka sekitar satu jam, korban langsung dimakamkan tak jauh dari rumah.
Tingginya tingkat kekerasan terhadap wartawan jelas-jelas makin mencemaskan para insan pers. "Negara tidak memberikan jaminan perlindungan fisik dan hukum," kata Ana Rusli, Ketua Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) Makassar.
Kasus kematian jurnalis juga pernah terjadi beberapa waktu yang lalu. Ardiansyah Matrais (Ardi), jurnalis Merauke TV, kontributor ANTV dan mantan jurnalis Tabloid JUBI ditemukan tewas di Sungai Maro. Media juga dikejutkan dengan meninggalnya Kabiro Kompas se-Kalimantan Muhammad Syaifullah yang diduga tidak wajar.