REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Konsul Jenderal Amerika Serikat (Konjen AS) di Surabaya, Kristen F. Bauer, menyatakan bahwa penggagas Hari Pembakaran Al Quran Internasional pada 11 September 2010 hanya sekelompok kecil dari Florida, AS."Saya sangat sedih dengan adanya rencana yang mencoba menyakiti atau menyerang satu kelompok, karena hal itu merusak toleransi yang selama ini dikembangkan di negara kami," katanya kepada ANTARA News di Surabaya, Senin malam.
Ia mengemukakan hal itu di sela-sela buka puasa bersama yang digelar Konsulat Jenderal AS di Surabaya dengan tokoh masyarakat Jatim, di antaranya ulama, tokoh agama, akademisi, seniman, politisi, dan tokoh pers.Acara di rumah dinas Konjen AS di Surabaya itu dihadiri Duta Besar AS Yang Ditunjuk, Scot Marciel; pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah); Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jatim Prof Syafiq A Mughni; dan Rais Syuriah PW Nahdlatul Ulama Jatim KH Miftachul Akhyar.
Menurut Bauer, yang baru bertugas di yuridiksi Surabaya pada 15 Juli 2010 itu, peringatan serangan Gedung WTC pada 11 September itu sebenarnya banyak dimanfaatkan orang untuk melakukan pembelajaran. "Pada hari yang sama dan di lokasi yang sama juga ada Konferensi Muslim yang memanfaatkan peristiwa 11 September itu untuk menggugah orang menjadi tahu lebih banyak tentang Al Quran. Jadi, bukan hanya sekelompok kecil dari Florida itu," katanya.
Ditanya kemungkinan AS berupaya menghentikan Hari Pembakaran Al Quran supaya tidak ada orang yang disakiti, Konsul Bauer menegaskan bahwa pemerintah AS tidak berada dalam posisi memperbolehkan atau melarang."Kami memiliki prinsip yang telah diwariskan para pendiri AS untuk menghormati semua kepercayaan dan menyelesaikan perbedaan dengan berpegang teguh pada dialog untuk mendorong munculnya saling pengertian dan bukan saling menyakiti," katanya.
Mengenai kemungkinan ada kelompok fundamentalis Islam yang akan melakukan serangan terhadap penggagas Hari Pembakaran Al Quran itu, Bauer yang juga ahli sejarah itu menilai dampak seperti itu hanya spekulatif."Kami mementingkan dialog, toleransi, saling pengertian, dan tidak ada yang menyakiti antarkelompok yang berbeda agama dan kepercayaan," katanya.
Menanggapi rencana Hari Pembakaran Al Quran itu, pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah), menilai hal itu tidak seharusnya terjadi."Itu melukai umat Islam, tapi kalau pun harus terjadi ya harus diterima dengan kepala dingin untuk menunjukkan bahwa Islam itu sejuk. Kalau dengan cara emosi, maka Islam juga yang akan dirugikan," katanya.
Senada dengan itu, Ketua PW Muhammadiyah Jatim Prof Syafiq A Mughni menyatakan rencana itu merupakan penghinaan yang berniat untuk merusak hubungan antaragama."Untuk itu, kami akan melakukan berbagai upaya untuk memunculkan opini publik bahwa hal itu patut dicegah, termasuk kami akan meminta pemerintah untuk mengambil inisiatif mencegah provokasi bernuansa SARA itu," katanya.