Kamis 26 Aug 2010 21:37 WIB

Muslim, Yahudi, dan Kristen Bersatu Dukung Muslim Center New York

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Kelompok Muslim, Yahudi, Kristen, dan masyarakat umum pada hari Rabu (25/8) membentuk koalisi untuk mendukung rencana pembangunan sebuah masjid dan pusat Muslim di dekat Gedung World Trade Center (WTC), New York, Amerika Serikat (AS). Rencana pembangunan tersebut telah memicu perdebatan nasional yang memanas.

Pusat kebudayaan dan masjid itu telah menghadapi penentangan sengit dari para politisi konservatif dan orang-orang yang menganggap lokasinya tidak sensitif dengan keluarga dari 3.000 orang yang tewas dalam serangan 11 September oleh gerilyawan Al Qaida pada 2001.

Tapi organisasi 'Lingkungan New York untuk Nilai-nilai Amerika', yang baru dibentuk yang terdiri atas lebih dari 40 kelompok agama dan umum itu, mengatakan, perdebatan telah menciptakan ketakutan dan pemisahan dan bahwa mereka akan berjuang untuk kebebasan konstitusi AS supaya lebih tegak.

"Kami tidak diserang oleh dunia Muslim," kata Donna O`Connor, jurubicara 'Keluarga 11 September untuk Perdamaian Besok', yang putrinya tewas saat  hamil akibat serangan Gedung WTC. "Kami 100 persen mendukung sepenuhnya pusat kebudayaan Islam di New York City."

Perdebatan itu mengarah ke tingkat nasional menjelang pemilihan November -- ketika orang-orang Republik berusaha untuk merebut kekuasaan di Kongres dari partai Demokrat -- dan banyak supir taksi Muslim di kota New York mengaitkan kontroversi itu dengan serangan terhadap seorang rekan mereka.

Supir Ahmed Sharif, imigran Bangladesh berusia 43 tahun, mengatakan ia telah dilukai di leher, wajah, dan bahunya pada Selasa oleh seorang penumpang yang bertanya kepadanya apakah ia Muslim dan menjalankan (puasa) Ramadhan.

Polisi mengatakan serangan itu sedang diselidiki sebagai kejahatan kebencian dan bahwa seorang pria berusia 21 tahun telah ditangkap dan menghadapi beberapa tuduhan termasuk pembunuhan yang diupayakan dan serangan.

Bhairavi Desai, direktur eksekutif Aliansi Pekerja Taksi New York, mengatakan, kontroversi mengenai pusat kebudayaan Muslim dan masjid itu telah membuat umat Islam New York rentan. Aliansi itu memperkirakan separuh dari supir taksi kota itu Muslim. "Semua rasa ketakutan dan pembodohan diciptakan, kami yakin secara tidak langsung bertanggungjawab atas kekerasan semacam itu," kata Desai.

Walikota New York Michael Bloomberg akan bertemu dengan Sharif di Balai Kota, Kamis ini (26/8). "Serangan ini berlawanan dengan karakter warga New York, tidak masalah apa Tuhan yang kita sembah," kata Bloomberg dalam satu pernyataan.

Bangunan di tempat itu sekarang ini telah digunakan sebagai tempat shalat. New York menampung sekitar 800 ribu Muslim, sekitar 10 persen dari penduduk kota itu. Ada sekitar 100 masjid di seluruh lima sektor kota itu.

sumber : antara/reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement