REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Kebencian dan intimidasi terhadap Islam di Amerika Serikat meningkat setelah mencuatnya pro-kontra pembangunan masjid di dekat lokasi runtuhnya menara kembar WTC atau ground zero. Council on American-Islamic Relations (CAIR), sebuah kelompok advokasi Islam di Amerika, yang berbasis di Washington, mengatakan sentimen anti-Islam itu muncul dengan semangat baru selama perdebatan tentang pendirian masjid tersebut.
Dikhawatirkan, sentimen anti Islam itu bakal meluas lagi hingga ke seluruh negara itu. Selain insiden penusukan seorang sopir taksi yang beragama Islam di New York kemain, CAIR melaporkan grafiti anti-Islam juga ditemukan di tempat parkir Islamic Center di Texas. ''Retorika kebencian kerap menjurus pada kejahatan berdasarkan kebencian, dan saya rasa itulah yang terlihat sekarang,'' ujar juru bicara CAIR, Ibrahim Hooper.
Sepanjang tahun ini, kepolisian New York mencatat telah terjadi 10 kasus intimidasi atau perbuatan anti Islam di kotanya. Angka itu memang masih terbilang kecil. Namun bila dibandingkan dengan kejadian di sepanjang tahun lalu yang hanya sebanyak 6 kasus, tentu angka yang meningkat itu cukup mencemaskan.
The Anti-Defamation League (Liga Anti Fitnah) juga melihat kian meningkatnya gerakan anti-Islam. Mereka menilai semangat membenci Islam ini muncul dalam forum-forum publik selama beberapa bulan terakhir. Mereka mendasarkan penilaiannya dari sejumlah insiden anti-Islam atau intimidasi terhadap warga Muslim. Seperti, tindakan pelecehan, pernyataan kebencian, kekerasan fisik, termasuk ledakan bom pipa di Islamic Center di Jacksonville, Florida pada Mei, serta upaya membakar Islamic Center di Mareitta, Ga.
''Suasananya secara umum telah terjadi kurangnya rasa kesopanan dan hanya amarah,'' kata Direktur ADL, Foxman Abraham. ''Ketika perkataan kebencian kian meningkat maka selalu ada potensi kekerasan.''
Sementara pada kejadian terakhir di New York, seorang supir Taksi Muslim bernama Ahmed H Sharif, terluka wajah dan lehernya setelah diserang oleh penumpangnya. Penumpang itu, Michael Enright, yang juga seorang mahasiswa dan tinggal di Brewster, New York, tiba-tiba menusuk Sharif dengan sebilah pisau.
Sebelum melakukan tindakan kriminal itu, Enright lebih dulu bertanya kepada Sharif, 'apakah anda seorang Muslim'. Menurut Sharif, setelah dirinya menjawab, 'benar saya Muslim', Enright langsung menyerangnya. Padahal, Enright merupakan seorang sukarelawan kelompok yang memperjuangkan toleransi beragama. Bahkan, mahasisa seni rupa berusia 21 tahun ini pernah dikirim ke Afghanistan untuk mengkampanyekan kehidupan toleransi beragama.