REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Daging oplosan mulai tersebar dan ditemukan di beberapa wilayah Jawa Timur. Pemprov Jatim mengingatkan pada semua lapisan masyarakat agar waspada terhadap keberadaan daging oplosan.
Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf, yakin daging oplosan itu tak hanya ada di Jember. "Saya menduga daging oplosan sudah dijual pula di daerah lain. Ini membahayakan karena daging sapi dioplos dengan babi dan kera," kata Saifullah, Jumat (27/8) di Surabaya.
Pemprov Jatim, tutur wagub, sudah meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Peternakan, dan juga Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM) agar segera melakukan inspeksi mendadak ke pasar-pasar yang diduga memperdagangkan daging oplosan. Dinas Peternakan Jatim juga diminta lebih intensif melakukan pemeriksaan di rumah potong hewan (RPH).
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jatim, Suparwoko, menginformasikan telah mememrintahkan aparatnya untuk melakukan pemeriksaan di pasar-pasar yang terutama wilayahnya memiliki kawasan hutan dan pelabuhan. Suparwoko menambahkan, selain dicampur babi hutan dan kera, daging oplosan itu juga ada yang dicampur daging gelonggongan (daging yang diambil dari sapi yang mulutnya digerojok air agar bobotnya bertambah) dan daging busuk.
Temuan adanya daging oplosan itu terjadi beberapa hari lalu. Kala itu, Polres Jember menyita sekitar 400 kg daging oplosan. Penjual daging oplosan itu, bernama Suwondo, seketika ditangkap dan menjalani pemeriksaan.
Kepada petugas, Suwondo mendapatkan babi dan kera di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Selain di Jember, Suwondo yang warga Desa Wuluhan, Jember itu mengaku telah menjual daging oplosan ke daerah lain, yakni Bondowoso dan Lumajang. Wagub bahkan mendapat informasi, daging oplosan itu juga beredar di Bojonegoro.
Karena itu, semua aparat di kabopaten dan kota diminta melakukan pengawasan lebih ketat lagi. Dengan pengawasan ketat, pemprov berharap tak ada lagi masyarakat yang menjadi korban.