REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Penolakan terhadap rencana pembangunan Islamic Center di dekat lokasi runtuhnya menara kembar WTC di jantung Manhattan, di New York terlihat tidak lazim. Upaya sekelompok kecil masyarakat yang menentang rencana itu seakan menafikkan sejarah keberadaan umat Islam di kota metropolitan itu.
Faktanya, umat Islam ternyata sudah ada di New York sejak lebih dari seratus tahun lalu. Mereka tinggal di jantung Manhattan, di dekat lokasi ground zero. Salah satu daerah kantong Arab-Amerika yang pertama di New York terletak di Jalan Washington, tepat di jantung Manhattan, daerah yang kemudian dibangun menara kembar WTC. Daerah kantong atau enclaves itu dibangun oleh orang-orang Arab Kristen dan Muslim dari wilayah Kekaisaran Ottoman seperti Suriah, Lebanon, dan Turki, pada tahun 1880-an sehingga daerah itu kemudian disebut 'Little Syria' (Suriah kecil)
Di 'Little Syria' ini banyak terdapat kafe yang didirikan di depan rumah. Para pengunjung yang berasal dari kalangan Non-Arab terkadang terheran-heran melihat para laki-laki di daerah itu yang merokok hookahs. Para penghuni juga masih kerap membincangkan berbagai hal mengenai Kekaisaran Ottoman, tempat asal-usulnya.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di New York Times pada 1903, daerah itu disebut sebagai lingkungan 'kuno' dengan karakter penghuninya yang sopan dan seragam penduduknya. Mengikuti perkembangan zaman, daerah yang disebut 'Little Syria' kemudian digusur untuk pembangunan jalan terowongan baterei Brooklyn pada 1940.
Dilihat dari sisi sejarah itu, jadi sangatlah tepat bila kemudian komunitas Muslim di New York sekarang berkeinginan membangun sebuah Islamic Center yang didalamnya mencakup sebuah masjid, di dekat lokasi ground zero. Pasalnya, umat Islam selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari jantung Manhattan.
BAZNAS menyempurnakan Zakat Anda