REPUBLIKA.CO.ID, Kepala Gereja Katholik Roma Belgia dalam waktu dekat akan mengumumkan bagaimana instiusinya mengatasi dan menghadapi kasus-kasus dugaan kekerasan seksual yang meluas terhadap anak-anak.
Sebuah komisi independen dibentuk oleh Gereja untuk menginvestigasi dugaan kekerasan yang ditemukan telah terjadi di setiap paroki Belgia meski berlangsung lebih dari beberapa dekade lalu.
Komisi mengatakan beberapa korban bahkan masih bayi ketika mengalami kekerasan pertama kali. Sejauh ini sebanyak 13 korban memutuskan bunuh diri karena tak kuat menanggung beban psikologis.
Gereja mengalami tekanan berat untuk mencegah kekerasan lebih lanjut dan membantu para korban.
Skala, dampak dan durasi kekerasan yang terungkap pekan lalu mengejutkan bahkan juga anggota komisi yang dibentuk Gereja. Dalam investigasi ditemukan bahwa kekerasan terjadi di setiap keuskupan dan sekolah Gereja selama berdekade dan total terdapat sekitar 300 kasus.
Meski investigasi komisi mengatakan tak menemukan bukti ada upaya menutupi kasus secara sistematis, Gereja kini harus berupaya keras menemukan cara mengatasi kekerasan masa lalu dan juga menjelaskan bagaimana institusi akan mencegah kekerasan terjadi di masa depan.
Media Belgia telah menuduh Gereja mencari cara menutupi kekerasan terlepas sudah banyak tuntutan hukum terhadap pelaku. Fakta di lapangan, dua pertiga korban adalah laki-laki, namun 100 anak perempuan juga menderita sebagai korban, demikian ujar kepala komisi independen, Peter Adriaenssens, pekan lalu.
Meski komisi menyatakan tak menemukan indikasi penutupan secara sistematis, namun penemuan itu sangat mengguncang Gereja Belgia.
Banyak korban yang akhirnya berani mengungkapkan dan bersaksi ke komisi setelah Uskup Bruges, Roger Vangheluwe, mundur tahun ini. Mereka mengakui telah mengalami kekerasan seksual sejak anak-anak dan juga ketika telah menjadi biarawan.