Kamis 16 Sep 2010 01:51 WIB

Anak-Anak Korban Banjir Pakistan Mulai Belajar di Sekolah Darurat

Rep: Agung Sasongko/Unicef/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Anak-anak pakistan korban banjir belajar bersama di sekolah darurat
Anak-anak pakistan korban banjir belajar bersama di sekolah darurat

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, SUKKUR--Banjir besar yang melanda wilayah Pakistan berhasil menyapu bersih 1.8 juta rumah dan 9.000 sekolah. Data terakhir PBB menyebut 20.5 juta rumah rusak.

Melihat parahnya dampak banjir itu PBB mencemaskan kondisi anak-anak. Karena itu, PBB bersama lembaga lainnya menjalankan program bernama "Darurat Anak". Program ini dimaksudkan untuk membangun sekolah darurat yang nantinya memberikan pendidikan dan hiburan kepada anak-anak sekaligus juga sebagai lokasi pengungsian yang baru.

Sejauh ini, PBB mencatat lebih dari 200 lokasi pengusian dibangun diberbagai wilayah. Setiap lokasi pengungsian menampung 20.000 jiwa. Selain itu, PBB juga mencatat 153 ruang statis dan 22 ruang khusus anak-anak dibangun. Ruang khusus itulah yang nantinya bakal menampung 34.000 anak-anak.

Tak hanya difungsikan sebagai pusat pendidikan dan bermain, PBB juga menjadikan sekolah darurat itu untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak tentang cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Para sukarelawan yang ditugasnya tidak hanya memberikan pendidikan dasar tetapi juga melatih kemampuan seni anak dan rekreasi.

Dengan modul pendidikan seperti itu diharapkan mampu menghilangkan stres. Setiap lokasi nantinya akan dilengkapi peralatan pendidikan bagi guru dan anak-anak. Peralatan itu dimasukan ke dalam tas sekolah yang nantinya akan tetap digunakan hingga sekolah normal berjalan kembali.

Dari sekian banyak wilayah yang terkena banjir, kawasan Sukkur merupakan wilayah dengan tingginya jumlah pengungsi anak-anak.PBB membangun satu sekolah darurat di kawasan tersebut.

Zulfigar, bocah berusia 4 tahun ini merupakan satu dari sekian anak-anak yang menjadi pengungsi. Zulfigar terpaksa mengungsi lantaran rumahnya yang berlokasi di Thul Taluka, Utara Sindh rusak berat. Dia bersama kedua orang tuanya, tiga saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan mengungsi ke Sukkur.

"Sangat penting bagi anak untuk bersekolah secepat mungkin," ungkap Direktur Pendidikan Unicef Pakistan Bart Vrolijk. Dia juga mengatakan keberadaan sekolah darurat diharapkan mampu memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan bermain serta memahami apa yang terjadi didekat mereka. "Hal itulah yang harus dibenahi," katanya.

Setelah sekolah darurat berjalan, Zulfigar bersama temannya memperoleh tas yang berisikan buku, pensil, penggaris, penghapus, dan kapur.  Ketika mendapatkan tas, Zulfigar dengan semangat segera mengeluarkan pensil dan menggambar. Dia memulai gambar berupa ikan dan dilanjutkan dengan menggambar bendera Pakistan.

"Guru, lihat ini," kata Zulfigar semangat. Setelah menggambar, Zulfigar dan teman-temannya diberitahu cara menajamkan pensil. Sebagian anak yang lain belajar cara membuat mobil dan truk. "Ketika saya besar nanti, saya ingin menjadi guru," kata Zulfigar polos.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement