REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Penarikan NATO dari Afghanistan akan bertahap dan tidak terburu-buru pada Agustus mendatang, kata penglima pasukan asing di sana, Jenderal Amerika Serikat David Petraeus, pada Rabu.
Saat ditanya tentang tanggal keluar itu, Petraeus mengatakan kepada radio NPR bahwa gagasan tanggal di sana tidak baru, dengan menyebutkan kejadian masa lalu di Irak. Tapi, gagasan Agustus sebagai waktu penarikan bukan "harga mati", tambahnya.
Bagi yang punya kesan lain, Petraeus menekankan, "Kita harus terus menjelaskan." Tentang gerakan Taliban di Afghanistan utara, Petraeus mengatakan, "Ini upaya, yang telah berlangsung beberapa tahun."
Namun, ketika ditanya apakah NATO telah memutuskan tentang itu, Petraus mengatakan bahwa pada masa lalu, mereka tidak memiliki sarana untuk melaksanakan semacam "penumpasan pemberontakan terpadu".
"Sekarang, kami dapat secara luas mengatakan bahwa kita memiliki sarana bagus," katanya.
"Ini bukan pertempuran biasa. Kemajuannya lambat. Anda mengambil langkah maju, tapi juga mengambil langkah mundur," kata Petraeus kepada NPR. Kepala Persekutuan Pertahanan Atlatik Utara (NATO) Anders Fogh Rasmussen dalam wawancara dengan surat kabar Spanyol terbitan Minggu bertekad mempertahankan pasukan sekutu di Afghanistan selama dibutuhkan dalam menyelesaikan tugasnya.
"Kekalahan bukan pilihan, kami akan menang. Taliban tidak akan pernah menang dan tidak pula kembali berkuasa. Kami tidak akan mengizinkan Alqaida berlindung di Afghanistan," kata surat kabar "ABC" mengutip keterangan Rasmussen dalam terjemahan bahasa Spanyol-nya. Ia menyatakan Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO membuat kemajuan dan bahwa Al Qaida tidak lagi memiliki perlindungan di Afghanistan, kata suratkabar itu.
Ia mencatat bahwa Alqaida dan sekutu Taliban-nya di bawah tekanan, khususnya di kubu mereka di propinsi Helmund dan Kandahar. Rasmussen juga menekankan bahwa pasukan Barat tidak akan ditarik dari Afghanistan pada 2011, namun secara bertahap mengalihkan tanggung jawab untuk menjaga keamanan kepada pihak Afghanistan jika keadaan memungkinkan.
NATO mempertimbangkan pelatihan tentara dan polisi Afghanistan sebagai unsur penting sebelum pasukan asing itu pada ahirnya ditarik. Amerika Serikat dan NATO menempatkan 150.000 tentara di Afghanistan untuk memerangi perlawanan sengit, yang dimulai sesaat setelah pemerintah Taliban jatuh pada 2001.
Sejumlah 498 tentara asing tewas dalam perang Afghanistan sepanjang tahun ini, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas laman icasualties.org, sementara yang tewas pada seluruh 2009 adalah 521 orang.
Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Taliban lebih kuat daripada yang diperkirakan NATO, namun sekutu di Afghanistan itu akan mencapai kemajuan, baik secara ketentaraan maupun politik, pada tahun ini, kata Rasmussen pada pekan kedua Juni.