Kamis 23 Sep 2010 06:13 WIB

Asumsi Inflasi Belum Hitung Kenaikan Tarif dan Harga

Rep: ann/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–-Asumsi inflasi 2011 di level 5,3 persen, belum memperhitungkan kemungkinan kenaikan tarif listrik, harga elpiji, dan pupuk. Karena itu Bank Indonesia (BI) mematok acuan inflasi 2011 di kisaran 5 plus minus 1 persen.

‘’Kemungkinan kenaikan tarif dan harga itu belum kami perhitungkan. Karena kami belum tahu. Jai, kalau kami tambahkan seperti itu, range kami coba 5 plus minus 1 persen, jadi 4-6 persen. Itu good number untuk ditargetkan,’’ papar Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono, Rabu (22/9). Dia mengatakan kenaikan tarif dan harga belum diperhitungkan karena kebijakan tarif dan harga tersebut belum bisa dipastikan. Besaran kenaikannya pun setali tiga uang, belum diketahui.

Sementara untuk mengantisipasi ‘kepanasan’ (overheating) untuk komposisi asumsi pertumbuhan ekonomi 6,4 persen dan inflasi 5,3 persen, ujar Hartadi, ekspor menjadi harapannya. ‘’Kita bisa tingkatkan ekspor. Bantuan dari sisi eksternal jadi penting kalau kondisi global membaik,’’ kata dia. Meski belum bisa dipastikan, tambah dia, ekonomi global mulai membaik.

Investasi Pemerintah, ujar Hartadi, juga diharapkan menjadi pencegah overheating. ‘’Pengeluaran Pemerintah itu masih di bawah yang direncanakan,’’ kata dia. Hartadi mengatakan pada 2011 pengeluaran Pemerintah terutama untuk infrastruktur akan menjadi sumber pertumbuhan yang baik.

Hartadi tidak menampik perbaikan ekonomi global, di sisi lain, punya dampak pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah. ‘’Trennya memang seperti itu. Pandangan BI, nilai tukar di 2011 kecenderungan stabil dengan kecenderungan melemah,’’ kata dia.

Perkiraan pelemahan rupiah di 2011, papar Hartadi, berkaca pada posisi fundamental ekonomi. Pertama, sebut Hartadi, pertumbuhan ekonomi 6,4 persen akan mendongkrak impor. Sehingga, surplus neraca perdagangan akan menyusut. ‘’Itu yang bisa membuat tren rupiah melemah,’’ kata dia.

Pemerintah dan Komisi XI DPR telah menyepakati asumsi makro RAPBN 2011, Selasa (21/9). Asumsi nilai tukar (kurs) rupiah, melemah dibandingkan asumsi 2010. Yaitu menjadi Rp 9.250 per dolar Amerika, dari Rp 9.200 untuk 2010. ‘’Melemah ke Rp 9.250 masih oke. Itu rata-rata setahun ya. Jadi kemungkinan (kurs) Rp 8.900 ke Rp 9.300, ada,’’ tambah dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement