REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN--Usai perdebatan internasional selama berhari-hari tentang serangan terhadap dunia maya instalasi industri Iran, pemerintah di Teheran akhirnya membenarkan kerusakan yang ditimbulkan virus komputer Stuxnet. Virus komputer Stuxnet dikabarkan sebagai Trojan yang paling canggih yang pernah dibuat dan telah menginfeksi lebih dari 45 ribu jaringan di seluruh dunia. Trojan adalah bentuk perangkat lunak mencurigakan yang dapat merusak sebuah sistem atau jaringan. Tujuan trojan adalah memperoleh informasi dari target, misalnya password dan mengendalikan target. Menurut pakar informatika di Kementerian Industri Iran, 30 ribu komputer terkena virus tersebut. Siapa yang berada di balik serangan tersebut belum diketahui.
Pernyataan pemerintah Iran berarti membenarkan laporan harian reformasi Shargh awal bulan ini. Harian ini menyebut sasaran serangan virus ini adalah sistem teknologi informatika Siemens yang bekerja dengan perangkat lunak sistem kontrol industri SCADA. Menurut informasi terakhir, Stuxnet secara spesifik menyerang sistem tersebut dan mengirimkan data-data ke luar negeri.
Dalam beberapa hari terakhir, berulang kali muncul berita bahwa virus ini bermaksud merusak program atom Iran. Diantaranya, tentang instalasi pengayaan uranium di Natanz dimana semenjak serangan virus tersebut lebih sedikit sentrifugal yang bekerja dibandingkan setengah tahun yang lalu. Tetapi belum ada pernyataan yang membenarkan berita ini.
Kantor berita resmi Iran, IRNA juga melaporkan bahwa pihak berwenang urusan atom di Iran telah bertemu untuk mencari jalan keluar dan membebaskan diri dari serangan virus Stuxnet . Tim khusus dibentuk untuk menyelidiki dampak dari Stuxnet ' dan meredam bahaya lain yang bisa muncul dalam bidang ini. Selain itu, masih menurut laporan IRNA, virus tersebut merusak banyak komputer pegawai pembangkit tenaga nuklir Iran pertama di Bushehr yang belum lama ini mulai beroperasi, tetapi tidak merusak sistem utama. Narasumber dikatakan adalah salah satu pimpinan reaktor air ringan Mahmoud Jafari.
Berkaitan dengan kejadian ini, perusahaan keamanan Symantec, pertengahan tahun ini mempublikasikan dua statistik tentang instalasi industri di seluruh dunia yang dikatakan terkena virus Stuxnet . Menurut publikasi tersebut, pada pertengahan bulan Juli, 40 persen komputer yang menjadi korban berada di India, 32 persen di Indonesia dan lebih dari 20 persen di Iran. Akhir bulan Juli, Symantec memperbaharui laporan dan menyatakan, sekitar 60 persen instalasi yang terkena virus berada di Iran. Ini seakan menegaskan dugaan, bahwa Iran lah sasaran utama serangan virus tersebut.
Minggu lalu, beberapa pakar yang berbeda mengatakan, serangan terhadap instalasi nuklir Iran dengan virus komputer adalah skenario yang masuk akal. Namun, karena biaya sebuah serangan di dunia sangatlah tinggi, maka yang menjadi tertuduh utama serangan semacam itu adalah dinas keamanan sebuah negara.