Rabu 29 Sep 2010 02:34 WIB

Komandan 'Socom' Australia Terkesima dengan Kemampuan Kopassus

Pasukan Kopassus, ilustrasi
Foto: Jafkhairi/Antara
Pasukan Kopassus, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA BALI-- Komandan Komando Operasi Khusus (SOCOM) Australia, Mayor Jenderal Tim MacOwen, mengaku terkesima atas kemampuan tentara Indonesia yang dinilainya profesional. Sehingga dirinya cukup puas ketika menyaksikan latihan penanggulangan teror bersama jajaran Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat.

"Kami mendapat banyak masukan berharga dari latihan bersama ini. Pasukan komando Anda sangat mumpuni dalam operasi penanggulangan teror seperti ini dan ini menjadi aset tidak ternilai untuk Indonesia," katanya di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, Selasa (28/9).

MacOwen bersama sejawatnya, Komandan Kopassus TNI AD, Mayor Jenderal TNI Lodewijk Paulus, menyaksikan secara langsung operasi latihan bersama penanggulangan aksi teror di bandar udara internasional itu. Hanya perlu waktu tiga menit saja bagi pasukan khusus gabungan kedua negara itu untuk menggulung kawanan teroris yang dipimpin tokoh fiktif bernama 'Umar Patek', yang menuntut pembebasan para narapidana dan tahanan politik ditambah uang sebanyak Rp 5 miliar.

Beberapa lantai bandar udara di Bali yang ramai itu bisa diduduki 'Patek' dan kawan-kawan. Untuk mempertegas tuntutannya, kawanan teroris itu menembak mati satu dari puluhan sandera dari lantai dua Terminal Keberangkatan Internasional Bandar Udara Ngurah Rai, yang diduduki mereka sejak dua hari sebelumnya.

Panglima TNI tidak ingin keadaan bertambah buruk dan langsung memerintahkan Komando Pasukan Khusus TNI AD membentuk satuan tugas penanggulangan teror itu. Selain itu, ikut dibajak pula sebuah pesawat terbang maskapai penerbangan nasional di jalur Jakarta-Perth yang melengkapi jumlah sandera, yang sebagian adalah warga negara Australia.

Komando Operasi Khusus Australia, atas perintah pemerintah negara itu, lalu menghubungi Markas Besar TNI agar bisa dilibatkan dalam operasi gabungan penanggulangan teror itu karena sebagian sandera adalah warga negaranya. Alhasil, waktu yang diperlukan guna membentuk satu satuan tugas gabungan menjadi sangat singkat sampai operasi itu pun digelar.

"Salah satu bukti profesionalitas tentara Indonesia, dalam hal ini Kopassus TNI AD, adalah mampu melakukan koordinasi dan melakukan prosedur penyelamatan sandera dalam waktu singkat sekali. Kami sendiri juga lakukan hal serupa, akan tetapi waktu persis yang diperlukan tidak bisa saya ungkap pada Anda," tuturnya.

Menurut MacOwen, pasukan khusus Indonesia memiliki kemampuan yang sangat luar biasa dalam ketepatan dan kecepatan aksi. "Lihat saja, dalam waktu singkat bisa ditumpas para teroris itu. Kami mendapat pengalaman berharga," ujarnya mengakui.

Komando Operasi Khusus Australia merupakan satu badan gabungan dari tujuh pasukan khusus yang dimiliki Australia. Dua di antara tujuh pasukan khusus itu telah sangat dikenal, yaitu 'Special Air Force' (SAS) Australia dan 'Australian Army Defence Force Commando'. Berlainan dengan Indonesia, di Angkatan Pertahanan Australia, ketujuh pasukan elit dari berbagai matra dan korps ini dikoordinasikan pembinaan dan pengerahannya ke dalam satu badan gabungan, yaitu SOCOM.

Mereka juga menguasai prosedur-prosedur khusus yang berasal dari pasukan elit mitranya karena mereka sering saling berlatih. Di Indonesia, organisasi serupa dalam tubuh militer Indonesia tidak pernah terbentuk. Jika ada aksi teror maka pendekatan pengerahan pasukan yang ditunjuk menanggulangi hal itu lebih dilihat dari aspek wahana dan lokasi di mana aksi teror itu terjadi.

Jika aksi itu terjadi di darat, maka sangat besar kemungkinan Komando Pasukan Khusus TNI AD yang dipercayakan menjalankan tugas itu. Kalau itu terjadi di laut atas satu kapal atau 'rig' minyak lepas pantai, maka Detasemen Jalamangkara TNI AL bersama Komando Pasukan Khusus TNI AL yang menjadi prioritas dalam aksi penanggulangan.

TNI AU juga memiliki pasukan elit, yaitu Detasemen B-90 Bravo yang dilatih keras untuk bisa melumpuhkan aktivitas serupa di bandar udara dan instalasi sekitar kompleks itu. Akan tetapi, ajang langsung untuk pasukan elite TNI AU ini belum terjadi. Komando Pasukan Khusus TNI AD pada 1978 mendapat

panggung pembuktian diri saat menggulung kawanan teroris atas pembajakan pesawat terbang DC-9 'Woyla' Garuda Indonesia, di Bandar Udara Internasional Don Muang, Bangkok, Thailand.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement