REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Upaya melakukan dialog antar agama di Indonesia baru melibatkan segelintir elit dan belum menjangkau pemimpin di tingkat menengah. Padahal untuk menjangkau masyarakat di tataran akar rumput peran pimpinan menengah ini amat signifikan.
Itulah salah satu yang menyebabkan budaya dialog terkait permasalahan yang menyangkut agama masih stagnan. Hal itu diungkapkan mantan Rektor Universitas Islam negeri (UIN) Profesor Azyumardi Azra di Jakarta, Selasa (28/9). "Secara bertahap dialog harus dimulai di kalangan menengah. Para pemimpin lokal yang masih bisa menjangkau massanya secara langsung," paparnya.
Pembenahan untuk menjangkau masyarakat yang menghargai perbedaan dan mau berdialog, diakuinya tidak bisa serta merta dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan ikhtiar secara terus menerus yang dilakukan secara nasional. "Bisa juga dilakukan semacam metode training of trainers, sehingga di tingkat menengah makin banyak yang paham mengenai berdialog yang baik," ujarnya.
Umat beragama di Indonesia, negara demokrasi dengan penduduk muslim terbesar di dunia, seharusnya bisa menjadi contoh positif bagi umat beragama di negara-negara lain. Apalagi, tambahnya, tidak banyak negara demokrasi sekaligus negara dengan penduduk yang mayoritas muslim.
Ia mencontohkan, adanya kearifan lokal dalam menyelesaikan konflik secara damai seperti budaya Bakubae di Ambon. Namun untuk bisa melakukan langkah seperti ini diperlukan adanya keahlian dan sikap yang mengedepankan dialog.
Azra yang pernah menjabat sebagai salah satu ketua UK-Indonesia Islamic Advisory Group, pemahaman antar agama dan di dalam umat beragama itu menjadi elemen yang tidak dapat dipisahkan dari demokrasi.
Azra mendapatkan penghargaan gelar kehormatan Commander of Britich Empire (CBE) dari Kerajaan Inggris. Penghargaan CBE yang baru pertama kalinya bagi orang Indonesia ini diberikan karena ia dinilai aktif mempromosikan pemahaman antar umat beragama. Juga dinilai telah ikut andil dalam mempererat hubungan antara muslim Indonesia dan muslim Inggris.
"Dunia saat ini penuh kontradiksi, di satu sisi interaksi dunia seolah tak berbatas, namun di sisi lain adanya gerakan anti imigran atau pobia terhadap Islam masih terjadi, seperti yang kini terjadi di Eropa," paparnya saat menerima penghargaan itu dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia Martin Hatfull.
Ia mengakui kerja keras untuk menciptakan pemahaman dan sikap toleransi yang tinggi antar umat beragama belum selesai. Masih banyak upaya yang harus ditempuh untuk menyebarkan semangat dialog dalam damai.