REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Globalisasi menjadi tantangan utama bagi pendidikan Islam di Indonesia. Pengaruh globalilasi berimplikasi pada pergerseran arah dan posisi pendidikan Islam Nusantara. Oleh karena itu, menurut Abuddin Nata, Guru Besar Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, program pendidikan harus memadukan penguatan karakter dan moral anak didik.
Sebab, pendidikan Islam memiliki fungsi penting dan kontribusi mengembangkan pembangunan karakter dan nilai-nilai moral untuk kegiatan manusia dan negara-negara berkembang.”Pengembangan pendidikan Islam tanggungjawab kita semua sebagai hamba Allah,”kata dia dalam acara seminar sehari bertema “Dinamika pendidikan Islam di Indonesia”, Jakarta, Rabu (29/9)
Abuddin menjelaskan, setidaknya ada lima implikasi globalisasi terhadap pendidikan Islam yaitu integritas ekonomi, fragmentasi politik, kemajuan teknologi, kolonisasi baru budaya, dan komunikasi antarlembaga. Integrasi ekonomi menjadikan pendidikan sebagai komoditas komersial. Akibatnya, motivasi orang-orang Indonesia terhadap pendidikan berubah ke persepsi pragmatis. Sehingga pendidikan agama tak lagi dianggap menarik.
Sedangkan fragmentasi politik, jelas dia, membuat proses pengajaran dan pembelajaran lebih demokratis, komunikatif, manusiawi, toleran, kepuasan, kebahagiaan, dan selalu enjoy. Oleh karena itu, program perbaikan kompetensi guru dalam mengajar keterampilan dan dalam proses belajar mengajar sangat penting. Teknologi tinggi menuntut manajemen pendidikan harus sesuai dengan kemajuan tekonologi.
Globalisasi, ungkap Abuddin, mengharuskan satu negara dan lainnya menyatukan program bersama guna melakukan dan memecahkan beberapa masalah dalam pendidikan. Dan implikasi globalisasi menimbulkan kolonisasi baru dalam budaya yang menuntut program pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter dan moral.
Namun demikian dikatakan Abuddin, tantangan ini menjadi titik tolak riset dan pengembangan di setiap lembaga pendidikan Islam. Tujuannya memperbaiki semua komponen pendidikan Islam antara lain visi, misi, tujuan, target, kurikulum, kompetensi guru, proses belajar mengajar, manajemen, fasilitas, keuangan, lingkungan, dan lainnya agar sesuai mampu menjawab tantangan tersebut. Selain itu, membuat nilai-nilai budaya institusi berdasarkan nilai-nilai Islam, berdasarkan Alquran, Sunnah, dan khazanah dan tradisi Islam.
Direktur Mizan, Haidar Bagir mengemukakan, tiga unsur penting dalam pendidikan di Indonesia belum tercapai. Ketiga unsur tersebut yaitu pertama unsur kognitif yang meliputi kemampuan intelektual dan akademik. Kedua, unsur afektif yang menekankan pembinaan emosi dan sikap anak didik. Ketiga unsur pskomotorik yang mencakup praktik dan penanaman habit.
Oleh karena itu, ungkap Haidar, di antara cara yang bisa dilakukan adalah menggunakan filsafat sebagai alat untuk memicu prestasi anak didik. Sebab urgensi filsafat dalam pendidikan sangat penting. Filsafat membantu meningkatkan kemampuan logis analisis siswa, meningkatkan sensitivitas rasa dan mengembangkan sikap mulia.
Selain itu, filsafat memacu ketrampilan etik dan habit agar anak didik mampu menerapkan akhlak mulia dan cinta keindahan.”Filsafat sering disalah artikan padahal filsafat adalah dasar ilmu,” kata dia.