REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Sudah menjadi rahasia umum tingkat kepercayaan warga AS terhadap agama cenderung minim. Nyatanya, sebuah survei yang dirilis baru-baru ini berpendapat lain. Disebutkan dalam survei tersebut warga AS yang tidak memiliki kepercayaan alias atheis justru paham betul tentang agama. Bahkan survei itu menyebutkan warga AS yang atheis justru tahu secara mendalam kajian injil ketimbang penganut Protestan dan Katholik di AS.
Survei yang berlangsung Mei hingga Juli lalu dengan melibatkan 3.400 juga terungkap 6 dari 10 individu dewasa mengatakan agama sangat penting bagi kehidupan mereka. "Jika anda tidak pernah tahu nama empat kitab yang menceritakan kepada kita tentang ajaran Yesus, anda berarti dalam masalah," ujar Fuller Seminary President Richard Mouw seperti dilansir Yahoonews, Selasa (29/9). Menurutnya, seseorang yang tidak mengenal Yesus berarti dia tidak mengenal Matthew, Mark, Luke dan John.
Fisikawan Wilhelmina Jenkin dari Atlanta mengatakan masyarakat AS kini begitu lapar tentang sejarah agama lain di luar Injil yang diajarkan. Menurutnya, hasil survei ini tidak mencerminkan kebanyakan pengalaman beragama warga AS secara keseluruhan. "Apa yang dilihat warga AS lebih cenderung merujuk pada kacamata pengetahuan. Mereka lebih tertarik mengetahui apa yang menjadi landasan fundamental agama Kristen," katanya.
Survei yang dilakukan ketika wacana Masjid Ground Zero ini berlangsung menyiratkan adanya sebagian warga AS yang memahami pentingnya adanya dialog antara Muslim dan Kristen yang nantinya akan menelurkan pemahaman dan perhatian kedua belah pihak. Mouw menilai meski sulit memahami dasar-dasar tradisi suatu agama, minimal keakrabanlah yang muncul. "Terminal kebaikan tidak akan mendapatkan kita melalui ini (penolakan Ground Zero)," kata dia.
David Campbel, penulis buku 'American Grace: How Religion Divides and Unites Us' mengaku pesimistis pengetahuan terhadap agama lain bisa menjembatani antaragama. Menurutnya, meski informasi tentang agama tertentu sangat membantu tapi tidak menjadi kunci utama untuk memupuk pandangan toleran antara pribadi dan keyakinan yang berbeda.
Alan Wolfe, direktur Boisi Center for Religion and American Public Life at Boston College mengatakan pengetahuan tentang sesuatu memberitahu seseorang seberapa seriusnya apa yang dihadapi. "Jika seorang taat terhadap agama tertentu, saya harus menghormati keyakinan mereka dan tidak mengejeknya. Tapi jika pengetahuan nyatanya dangkal maka berdampak pada minimnya rasa hormat terhadap agama tertentu," pungkasnya.