REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Hujan kritik yang ditujukan terhadap rencana pembangunan pusat kebudayaan Islam di pusat kota Manhattan, New York, Amerika Serikat, mungkin membuat sebagian orang berpikir bahwa para pembangun gedung itu akan mendirikan Masjid tepat di atas 'Ground Zero' dengan tulisan 'Disponsori Oleh al-Qaidah'.
Faktanya, seperti yang ditulis Jonathan Glancey dalam The Guardian, rencana pembangunan bangunan yang jamak disebut 'Masjid Ground Zero' itu bukanlah sebuah masjid dan tidak juga terletak di tepat di atas 'Ground Zero'.
Bangunan itu rencananya akan menjadi sebuah pusat aktifitas antariman yang dilengkapi dengan sebuah Mushalla untuk umat Islam. Letaknya pun dua blok ke utara dari situs tempat menara kembar WTC dulu berdiri.
Kini sebuah gambar konsep bangunan itu telah dirilis dan mengungkapkan betapa modernnya bangunan itu dan akan tetap mempertahankan jiwa arsitektur New York yang gemilang.
'Park 51', demikian bangunan itu akan dinamai sesuai dengan nama lokasi ia dibangun yang merupakan bekas sebuah pabrik di Park Place. 'Park 51' akan berupa menara 15 lantai yang diapit oleh bangunan-bangunan tua.
Bagian yang paling megah dari karya cemerlang studio desain asal New York, Soma Architects itu, adalah bagian depan dari menara itu yang berwarna putih. Dinding depan itu terdiri dari jejaring pola geometris yang saling terhubung dan ketika malam tiba bagian itu akan berpendar seperti sarang lebah yang bersinar.
Menara itu jelas merupakan bayangan motif 'arabesque' yang rumit yang berasal dari arsitektur Islam sekaligus untuk mengenang Institut du Monde Arabe di Paris, yang membuat nama Arsitek Jean Nouvel terkenal pada era 1980-an.
Bangunan itu tidak hanya mengabadikan kebudayaan Islam tetapi juga dihiasi dengan motif dari agama lain seperti misalnya, Bintang Daud yang mewakili Yahudi.
Berlawanan dengan pubilisitas negatif yang disebarkan dalam beberapa minggu terakhir, menara itu ternyata akan digunakan untuk kepentingan berbagai agama dan juga untuk tujuan sekuler.
Sharif el Gamal, pengembang dari bangunan senilai 120 juta dolar AS itu, kepada Associated Press mengatakan bahwa hampir seperempat dari bangunan itu akan digunakan untuk fasilitas olah raga dan pusat kebugaran.
Fasilitas itu dibangun dengan harapan bisa menarik warga New York dari berbagai agama dan etnis untuk menikmatinya dengan membayar iuran maksimal 2700 dollar pertahun untuk setiap keluarga.
Lantai-lantai lain dalam bangunan itu akan digunakan sebagai tempat bermain anak dan 'playgroup'.
Selain itu akan dibangun juga restoran dan tempat pameran. Di lantai 12 akan terdapat tempat peringatan akan pristiwa 11 September 2001 yang dibangun untuk menampung semua orang dari berbagai agama dan aliran.
"Saya pikir ketika bangunan ini selesai dikerjakan tidak ada lagi orang yang melancarkan protes," kata Gamal.
Aspek yang mungkin paling kontrovesial dari bangunan itu adalah ruang untuk sholat (mushalla) untuk umat Muslim, yang memakan dua lantai di 'basement'. Tetapi bagian itu pun bukanlah sebuah masjid karena bangunan itu tidak memenuhi persyaratan untuk sebuah Masjid yang suci.
Di lihat dari bagian dalam tembok depan berupa jejaring bercahaya itu menghasilkan bayangan indah sepanjang lantai warna putih, yang masih menjadi ciri motif 'arabesque'.
Gambaran tentang arsitektur itu hanya merupakan bayangan bagaimana bangunan itu akan berdiri. Sementara arsitek resmi untuk menara itu belum juga ditunjuk dan peresmian pembangunannya masih harus menunggu tiga tahun lagi.
Sembari menunggu para pengembang dan kelompok amal di belakang proyek itu sedang meluncurkan 'inisiatif Cordoba' untuk mencoba memadamkan kemarahan terkait rencana pembangunan itu.
"Jika saya paham yang sedang kami hadapi, saya mungkin akan menghadapinya dengan cara lain. Orang-orang telah menyebut proyek ini 'Masjid Ground Zero' padahal ini bukan 'Ground Zero' dan bukan pula sebuah Masjid. Identitas kami telah dirampok oleh para ekstrimis," papar gamal menyesalkan segala sesuatu yang telah berlangsung.
Serangan atas rencana pembangunan itu dilancarkan oleh kelompok Kristen Evangelis dan kelompok politik kanan yang mengatakan Park 51 adalah sebuah 'Masjid simbol kemenangan', simbol kemenangan serangan 9 September 2001.
Akankah bangunan itu tak menggambarkan militansi Islam? Ilustrasi pertama dari Park 51 mengungkapkan bahwa bangunan yang megah dan cerah itu akan lebih berkesan perayaan dari pada ancaman.
Bagian interior, dengan struktur mirip sarang lebah yang memberikan kesan spesial dan menginspirasi. Soma merupakan perusahaan New York yang didirikan oleh Michel Abboud, yang berasal dari Lebanon. Setidak-tidaknya empat lantai dari Park 51 dibangun untuk kepentingan olah raga dan spa dan hanya dua lantai yang digunakan sebagai Mushala.
Dengan banyak alokasi tempat untuk restoran, studio untuk seniman dan pusat permainan anak-anak, menara senilai 140 juta dollar yang terbungkus dalam sebuah permainan abstrak dari pola-pola Islam itu bisa menjadi lambang Islam yang tidak militan.
"Karena ini adalah sebuah negara baru maka ia merevolusi segalanya. Makanan, industri, filsafat, dan bahkan agama," kata seorang pria ketika sedang beribadah di Masjid Sufi al Farah, dekat Manhattan, kepada The New York Times."Juga merevolusi arsitek Islam," ia mungkin akan menambahkan.