Rabu 06 Oct 2010 07:34 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA--Selasa lalu tepat 10 tahun intifadhah Alqsha berlangsung. Gerakan ini meletus pascapenodaan yang dilakukan Ariel Sharon bersama puluhan serdadu Zionis terhadap area suci Masjid al Aqsha. Api perlawanan segera berkobar di berbagai sudut wilayah Palestina. Tak terhitung berapa nyawa yang dipersembahkan untuk mengusir kezaliman zionis.
Dengan logistik seadanya --seperti ketapel, pisau, bom molotov, dan batu-- warga Palestina mengejutkan sikap jumawa Zionis. Zionis melarikan diri dari Jalur Gaza dan menghindari 'api neraka' yang diciptakan perlawanan di Jalur Gaza.Sampai hari ini, para kader gerakan Hamas dan rakyat Palestina sadar betul, pembebasan Gaza dapat dilakukan meski tanpa senjata.
Para pengamat berpendapat, bahwa rakyat Palestina telah banyak mendapatkan manfaat dari pengalaman intifadah al Aqsha di semua tingkatan. Mereka sepakat bahwa pengalaman terlibat dalam spekulasi perundingan adalah sia-sia dan tidak akan memberikan manfaat apa-apa. Sebaliknya perunding Palestina sampai saat ini masih mengemis-ngemis dan bersikeras untuk berunding dengan pihak yang secara jelas melakukan tipu daya.
Para pengamat juga berpendapat, bahwa rakyat Palestina dengan 10 tahun pengalaman intifadah al Aqsha semakin sadar dari sebelumnya. Mereka tahu bagaimana harus membela hak-haknya. Para pengamat mencatat perlawanan memiliki perkembangan dalam hal kinerja dan teknik dalam beberapa tahun terakhir ketika mereka mengetahui di mana dan bagaimana menyerang musuh.
Sepuluh tahun bukan waktu yang pendek. Perjuangan rakyat Palestina dengan darah dan senjata sejatinya harus menjadi cambuk dunia Islam untuk senantiasa berjuang memperoleh hak yang layak, mimpi, dan harapan.
Courtesy by Youtube