Rabu 06 Oct 2010 16:20 WIB

Dolar Turun Tajam di London

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Dolar Amerika Serikat turun tajam di London pada Selasa waktu setempat, setelah Jepang mengadopsi serangkaian langkah stimulus baru ekonomi, mendorong spekulasiFederal Reserve Amerika akan mengikuti dan dengan demikian melemahkan mata uang AS.

Dealer mengatakan pasar semakin percaya bahwa Fed akan memperlonggar kebijakan moneter yang sudah sangat longgar lebih lanjut dalam upaya untuk menjaga pemulihan yang goyah pada jalurnya melalui pencetakan uang secara efektif untuk meningkatkan permintaan. Itu hanya dapat menempatkan lebih banyak tekanan pada dolar karena pasar global bergolak dengan kekhawatiran penyesuaian mata uang, karena masing-masing negara mencoba untuk memastikan ekspornya lebih murah dibandingkan dengan pesaingnya.

Dolar lebih lemah pada saat yang sama mendorong emas ke rekor tertinggi baru. Berita laporan sektor jasa di AS yang lebih baik dari yang diperkirakan untuk September membantu pasar saham pasca keuntungan sangat tajam, tetapi dolar menemukan sedikit dukungan, dengan dealer mengatakan data ekonomi yang mendasarinya masih lemah.

Pada akhir perdagangan London, euro berada di 1,3825 dolar, mencapai tertinggi baru delapan bulan dan meningkat tajam dari 1,3683 dolar di New York pada Senin malam. Dolar tergelincir menjadi 83,32 yen dari 83,38 yen pada Senin.

Sebelumnya pada Selasa, Bank of Japan (BoJ) memangkas tingkat suku bunga utamanya yang sudah di rekor rendah menjadi antara nol hingga 0,1 persen dari 0,1 persen dan mengumumkan langkah lainnya

untuk meningkatkan likuiditas dengan harapan memicu kehidupan ke dalam perekonomian.

Tindakan ini disebut sebagai "pelonggaran moneter yang komprehensif," mengejutkan pasar yang menyambut langkah tersebut. "Ini adalah kejutan cukup positif," kata Masumi Yamamoto, analis pasar ekuitas pada Daiwa Securities Capital Markets.

"Ini menandakan Bank of Japan tunduk pada tekanan dari pemerintah dan mengambil semua tindakan yang mungkin, yang sebenarnya dapat membuat kekhawatiran baru yang BoJ tidak memiliki kartu yang tersisa untuk bermain," kata Yamamoto. Langkah Jepang meningkatkan harapan the Fed akan menyusul, mungkin dengan reaksi beragam yang sama.

Rob Carnell dari ING mengatakan laporan sektor jasa AS September menunjukkan bahwa perekonomian terus melambat, meskipun bacaan yang lebih baik dari yang diperkirakan, sementara lapangan kerja akan terus berubah sedikit. Dealer mengatakan bahwa ekonomi AS telah mulai menciptakan lebih banyak pekerjaan untuk setiap pemulihan, dengan semua mata membidik pada laporan pekerjaan AS pada Jumat pekan ini.

"Euro/dolar tetap menjadi fokus utama bagi pedagang -- hari ini benar-benar tentang terus melemahnya dolar," kata analis GFT, David Morrison. "Sekali lagi, dolar berada di bawah tekanan, mengangkat saham, emas, perak dan minyak, sebagai peluang lagi untuk Fed mengumumkan pelonggaran lebih kuantitatif (moneter) pada November."

Morrison mengatakan Jepang meningkatkan spekulasi bahwa Fed bisa juga memberikan rangsangan lebih. "Itu menambah untuk pandangan bahwa semua ekonomi utama putus asa untuk melihat mata uang mereka melemah dalam upaya untuk meningkatkan daya saing mereka."

Emas pada Selasa ditutup di 1.330,50 dolar per ounce, dari rekor tinggi 1.339,98 dolar yang tercapai di awal hari, tetapi masih jauh lebih tinggi dari posisi penutupan Senin pada 1.313,50 dolar. Di London, euro berpindah tangan pada 1,3825 dolar terhadap 1,3683 dolar di New York pada akhir Senin, di 115,19 yen (114,08), 0,8695 pund (0,8642) dan 1,3364 franc Swiss (1,3295). Dolar berada pada 83,32 yen (83,38) dan 0,9668 franc Swiss (0,9719). Pound berada pada 1,5898 dolar

sumber : ant/AFP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement