REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menyoal usulan revisi target laba PT Pertamina (persero) tahun ini, dari Rp 25 triliun menjadi Rp 13,3 triliun, Menteri BUMN, Mustafa Abubakar, menyatakan masih terus membahasnya. Hingga kini, angka tersebut masih terus dibahas, termasuk juga usulan terbaru dari Kementerian BUMN dan Pertamina sebesar Rp 16,2 triliun.
"Saya belum memutuskan. Kita masih mempelajarinya. Saiapa tahu ada peluang untuk ditingkatkan sedikit lagi," kata Mustafa saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (7/10).
Dia menambahkan, saat ini pihaknya masih berpeluang untuk melakukan tawar-menawar angka laba Pertamina. "Kalau bisa tawar-menawar, bukan hanya untuk mendapatkan titik tengah. Jadi, harus reasonable," ujar Mustafa.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pertamina telah mengajukan usulan revisi target laba mereka untuk tahun ini. Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan mengungkapkan target laba bersih sebesar Rp 13,3 triliun merupakan nilai paling optimal untuk mencapai target revisi laba tahun ini. Usulan itu sudah memperhitungkan kerugian eksternal perseroan yang dialami pada tahun ini. Ia mengungkapkan besaran laba tidak mungkin ditingkatkan lagi jumlahnya.
"Laba segitu (Rp 13,3 triliun) itu kan dengan memperhitungkan faktor eksternal. Tidak mungkin lagi ditambah. Mau dari mana (penambahan dananya). Sebetulnya keuntungan (laba) Pertamina Rp 19,9 triliun dari hulu, itu sudah optimal, mau tambah dari mana. Kalau misalnya tidak rugi pun, break event-nya nol, kita jadi Rp 19,9 triliun. Tapi karena rugi jadi tergerus keuntungannya," tuturnya.
Menyusul adanya usulan revisi target laba bersih Pertamina, Mustafa menuturkan pihaknya akan mengevaluasi penyebab tidak tercapainya target laba bersih tersebut. Dia menjelaskan Kementerian BUMN akan mengkaji sektor mana yang bermasalah sehingga Pertamina harus merevisi target laba bersihnya.