Kamis 14 Oct 2010 02:28 WIB

Pengusaha Minta Aturan Impor Besi dan Baja Diperpanjang

Rep: Shally Pristine / Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Foto: Antara
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA) mengusulkan perpanjangan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 8/2009 yang disempurnakan lewat Permendag nomor 21/2009 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja.

Ketua IISIA, Ismail Mandry, mengatakan sejauh ini Permendag tersebut efektif menahan derasnya arus impor komoditas tersebut. Karena itu, pihaknya meminta pemerintah memperpanjang masa berlaku peraturan yang akan berakhir tahun ini. ''Dengan penyesuaian beberapa pasal yang masih memberi celah untuk melakukan impor terselubung,'' katanya ketika dihubungi wartawan, Rabu (13/10).

Pasal-pasal yang perlu direvisi itu, kata Ismail, perlu diperbaiki untuk menambah efektivitas Permendag tersebut. Misalnya, terdapat pasal-pasal pengecualian yang seringkali dimanfaatkan importir nakal untuk melakukan impor spekulatif. ''Kami akan lihat produk-produk mana saja yang benar-benar layak dikecualikan,'' ucapnya.

Ditemui terpisah, Direktur Industri Material Dasar Logam, I G Putu Suryawirawan, membenarkan ada usulan demikian dari pelaku usaha besi dan baja. Dia menyebutkan, Permendag tersebut telah berhasil menekan impor kedua komoditas tersebut di saat harga sedang rendah. ''Impor untuk produk hulu turun 10 persen dan hilirnya sampai 15 persen,'' katanya.

Ketentuan ini, kata Putu, merupakan salah satu upaya pengamanan pasar dalam negeri di era perdagangan bebas seperti saat ini. Sepanjang tahun ini, ketika Indonesia dalam perdagangan bebas dengan produsen baja terbesar di dunia, Cina. ''Tetapi, tetap harus dicari cara agar tidak menganggu kelangsungan industri hilir yg memerlukan baja,'' ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement