REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sagu menjadi bagian upaya pemerintah untuk mengurangi konsumsi beras. Namun Kementerian Pertanian belum memiliki konsep pengembangan sagu yang terpola.
Menteri Pertanian, Suswono, menuturkan pengembangan sagu saat ini lebih kepada pengolahan dan pemasarannya.
“Sagu diolah jadi lebih efisien dan kami harapkan jadi cadangan pangan. Terus terang sekarang belum secara terpola bagaimana pengembangan sagu ke depan, karena itu kami ingin ini lebih diintensifkan,” kata Suswono di sela-sela Seminar dan Lokakarya Sagu di IPB International Convention Center,Kamis (14/10).
Suswono mengatakan, saat ini kendala yang dihadapi dalam pengembangan sagu adalah belum dimanfaatkannya sagu secara optimal dan masih dianggap bahan pangan inferior. ''Usaha budidaya sagu juga masih sederhana atau tradisional dan sagu belum mengoptimalkan peningkatan perekonomian masyarakat karena belum bernilai tinggi,” jelasnya.
Untuk itu, lanjut Suswono, pihaknya pun mendorong promosi dan sosialisasi pangan sagu yang bernilai tinggi, pengembangan teknologi, dan kemitraan dengan dunia usaha, serta menciptakan pasar domestik dan internasional.
Suswono menambahkan, angka konsumsi sagu di Indonesia sebesar 0,41 kilogram per kapita per tahun. Untuk di daerah perkotaan 0,08 kilogram per kapita per tahun, dan angka konsumsi sagu di pedesaan 0,71 kilogram perkapita per tahun.
Luas kebun sagu di Indonesia tercatat 1,1 juta hektar atau 51,3 persen dari total 2,2 juta hektar dari areal sagu dunia. Kebun sagu terutama terdapat di Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua.
Sekitar 90 persen kebun sagu di Indonesia berada di Papua. Namun, ujar Mentan, dari segi pemanfaatannya masih kalah jauh dibanding Malaysia yang masing-masing memiliki luas 1,5 persen dan 0,2 persen.