REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Presiden Jerman Christian Wulff akan terbang ke Turki Senin ini (18/10). Di negara ini, Wulff akan mengunjungi Masjid Biru. Ia juga juga akan melihat peninggalan umat Kristen di Turki. Ini sepertinya bukan suatu kebetulan, melainkan sebuah tanda yang ingin dipertegas oleh sang presiden.
"Kalau kita secara terbuka menerima adanya mesjid, kaum muslim dan Islam, maka sudah hal yang sewajarnya, kalau Turki, juga terbuka bagi agama Kristen," ujarnya.
Sekitar 20 persen warga Turki adalah umat Kristen yang sangat terisolir, kata Wulff. "Gereja juga bermasalah disana. Dan ini akan kami bicarakan."
Di Tarsus, di pesisir Laut Tengah Turki, Wulff akan menelusuri jejak Paulus, bertemu dengan pemuka gereja dan mengikuti misa gereja oikumene. Di akhir kunjungannya di Istanbul, ia akan bertemu dengan patriarkat Ekumenis Konstantinopel.
Keberangkatan Wulff ke Turki berlangsung di tengah perdebatan panas di dalam tubuh Partai Konservatif CDU/CSU Integrasi di Jerman. Perdana Menteri negara bagian Bayern Horst Seehofer misalnya menolak imigran dari kelompok budaya lain. Sementara Kanselir Angela Merkel menyatakan wacana masyarakat 'multibudaya' telah mengalami kegagalan.
Perdebatan berpangkal pada pidato Wulf pada ulang tahun reunifikasi Jerman yang menyebut Jerman sebagai negara republik warna-warni. Pidatonya membuatnya menjadi pusat perhatian, baik di Jerman mau pun Turki. "Islam adalah juga bagian dari Jerman," ujarnya saat itu.
Dalam kunjungannya ini, Wulff khusus akan menyoroti hal kebebasan beragama. Hal ini diduga menjadi salah satu mengganjal Turki masuk dalam keanggotaan Uni Eropa.
Kebebasan beragama dan sikap terhadap kelompok minoritas agama seperti umat Kristen di Turki - ini juga yang menjadi patokan Uni Eropa akan kelayakan calon anggotanya. Di Jerman, partai-partai seperti CDU dan CSU menegaskan, bahwa mereka pada dasarnya menolak pemberian status keanggotaan penuh Uni Eropa bagi Turki dan memilih untuk memberikan status kemitraan dengan hak istimewa. Walau pun berdasarkan kesepakatan koalisi pemerintah Jerman masalah keinginan Turki menjadi anggota Uni Eropa adalah proses yang memiliki mencapai keputusan.
Presiden Wulff juga tidak terdengar terlalu bersemangat untuk menjadikan Turki sebagai bagian dari Uni Eropa. "Perundingan harus berjalan secara adil dan terbuka. Saya khususnya menegaskan, bahwa ada proses di Turki yang layak mendapat perhatian luas. Juga perubahan dalam konstitusi mulai bergerak ke arah yang benar."