REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Ahli penjinak bom tentara Inggris tewas akibat ledakan saat membersihkan peledak di Afghanistan selatan, kata kementerian pertahanan pada Rabu. Prajurit itu, dari Resimen Zeni 33 (Bahan Peledak), meninggal pada Selasa di daerah Nahr-e Saraj di propinsi bergolak Helmand selatan.
Tentara itu terkena ledakan saat terlibat dalam pekerjaan penting mengamankan daerah di Nahr-e Saraj untuk melindungi warga Helmand, kata juru bicara Satuan Tugas Helmand Letnan Kolonel David Eastman.
Kerabat dekatnya telah diberitahu, kata pernyataan itu.
Ledakan itu terjadi kurang dari dua pekan setelah seorang tentara lain Inggris tewas akibat bom di daerah sama, yang ke-300 tewas oleh musuh di Afghanistan. Sejumlah 340 tentara Inggris tewas di Afghanistan oleh berbagai penyebab sejak gerakan dimulai pada Oktober 2001.
Inggris memiliki sekitar 9.500 tentara di Afghanistan, kebanyakan di Helmand, merupakan penyumbang terbesar kedua kepada Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO dalam memerangi perlawanan Taliban. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung. Pejuang hak asasi manusia Inggris meluncurkan upaya membawa pejabat pertahanan ke pengadilan atas tuduhan keterlibatan tentara negara itu dalam penembakan rakyat Afghanistan, kata laporan pada awal Agustus.
Puluhan ribu naskah rahasia tentara Amerika Serikat diterbitkan laman jagabaya WikiLeaks, yang merekam penembakan tidak biasa atas rakyat di Afghanistan melibatkan dua satuan tentara Inggris, kata koran "Guardian". Wakil Perdana Menteri Inggris Nick Clegg pada ahir Agustus memastikan tugas tempur negaranya di Afghanistan berakhir pada 2015 dan berjanji melindungi pasukan garis depan dari pemotongan mendadak dalam anggaran pemerintah.
Pemerintah sedang mengkaji pengeluaran seluruh departemen sebagai bagian dari penghematan untuk menghapus rekor defisit anggaran. Rincian yang akan dipangkas akan diumumkan pada Oktober, tapi Clegg menyatakan pasukan garis depan akan dilindungi dari perubahan mendadak dalam pendanaan.
Anggota parlemen di London pada ahir Juli menyatakan akan mulai menyelidiki perang Afghanistan, mengkaji alasan pasukan Inggris tetap di sana sembilan tahun setelah serbuan dan apakah mereka berhasil. Panitia bentukan komisi pertahanan Majelis Rendah meminta bukti tertulis tentang "pembenaran kesertaan berkelanjutan" 10.000 tentara Inggris di persekutuan asing di Afghanistan.
Di tengah jajak pendapat menunjukkan kekurangan dukungan rakyat bagi tugas itu, anggota parlemen tersebut juga akan memeriksa "keberhasilan pemerintah dalam menyampaikannya kepada rakyat Inggris".
Perdana David Cameron menyeru pasukan tempur Inggris keluar dari Afghanistan pada 2015 dan anggota parlemen itu akan meneliti jadwal tersebut, selain keberhasilan dalam pelatihan pasukan Afghanistan, yang dapat membuatnya terjadi.