Jumat 29 Oct 2010 05:03 WIB

Tiga Penjamin Emisi IPO KS Beberkan Alasan Harga Saham Perdana KS Rp 850

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tiga penjamin emisi pelaksanaan initial public offering (IPO) PT Krakatau Steel (KS), yakni Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas dan Bahana Sekuritas membeberkan alasan pemilihan harga saham perdana KS sebesar Rp 850 per saham.

Menurut Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Harry M. Supoyo, mengatakan ada banyak faktor pertimbangan di balik harga Rp 850 per saham. "Kalau angka Rp 850 itu terkesan murah, atau terlalu murah, padahal tidak demikian. Karena harga itu tidak bisa dilihat secara absolut, tapi harus melihat valuasinya," katanta kepada wartawan di Jakarta, Kamis (28/10).

Dia menjelaskan jika dibandingkan dengan harga saham industri sejenis internasional, seperti Posco (Pohang Iron & Steel Corporation) di Korea dan Tata Steel di India, price to earning ratio (PER) saham KS lebih tinggi. "Harga saham KS secara rata-rata industri baja masih lebih tinggi," ujar Harry.

Menyangkut harga saham KS yang dinilai terlampau murah ini, Direktur Utama Bahana Sekuritas, Eko Yuliantoro, menambahkan, harga tersebut didapat setelah adanya berbagai pertimbangan. Dia menguraikan, bahwa proses pengusulan harga saham KS telah melewati berbagai tahapan, termasuk valuation dan due diligence.

"KS merupakan perusahaan baja terbesar di Indonesia. Kalau bicara Posco kan nomor empat di dunia dan KS nomor sembilan di dunia. Tentunya kita menginginkan atau mencari harga yang optimal," kata Eko. "Kita mendorong secondary market agar bergairah, sehingga investor domestik makin aktif di pasar modal. Jadi, lanjutnya, harga sebesar Rp 850 per saham ini sudah optimal dilihat dari berbagai pertimbangan.

Sementara itu, Direktur Utama Danareksa Sekuritas, Marciano Herman, menambahkan investor yang dibidik untuk menyerap saham perdana KS yaitu investor yang berkualitas. Maksudnya, investor yang berkualitas membeli saham perdana KS untuk jangka panjang, bukan untuk spekulasi.

"Jadi kami harus mengarahkan kepada mereka (investor yang berkualitas). Harga Rp 850 itu terlihat rendah karena jarak kisaran harga ditetapkan pada Rp 800–Rp1.150. Kalau kita pasang di Rp 700-800 kan tidak. Pricing di high end atau low end tidak menentukan bahwa harga itu mahal atau tidak. Selain itu, ketika roadshow memang ada oversubscribed tapi di level Rp800 bukan di atas Rp 800,” kata dia.

Sejauh ini, masa penawaran saham perdana KS belum memasuki finalisasi. Eko melontarkan sesuai amanat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar, jatah investor asing sebesar 35 persen dan domestik 65 persen. "Namun, siapa saja investor asing (dan domestik) kita tidak bisa sebutkan, tapi yang pasti investor berkualitas".

Jadi, kata Harry, sampai saat ini belum ada penjatahan saham perdana KS. Terlebih lagi jika dikabarkan adanya oknum-oknum pejabat yang memborong saham KS. Dia menegaskan sebelum adanya pernyataan efektif dari Bapepam-LK, tidak mungkin ada alokasi saham yang final. "Setelah dapat surat efektif pada minggu ini, nanti akan ada proses penawaran umum lewat masa penawaran. Lalu penjatahan atau alokasi untuk investor. Jadi kalau dibilang sore ini tutup harus dikoreksi," tegasnya.

Sebelumnya, Menteri BUMN, Mustafa Abubakar, membenarkan bahwa harga saham perdana PT Krakatau Steel(KS) diputuskan Rp 850 per lembar. Menurutnya, harga tersebut diputuskan untuk menarik minat para investor domestik supaya menyerap saham IPO KS.

"Sudah diputuskan harganya Rp 850. Yang melamar saham IPO KS ini, investor lokal lebih banyak," kata Mustafa kepada wartawan di Jakarta, Senin (25/10) lalu. Lanjutnya, dengan diambilnya harga batas bawah saham IPO KS ini, maka diharapkan banyak investor domestik yang menyerap saham perdana KS.

"Alasannya ingin memberikan space kepada investor untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya atau capital gain. Supaya menarik banyak investor agar lebih banyak membeli pada tier one, bukan untuk beli lalu lepas kembali," jelas Mustafa.

Dia menambahkan, harga saham IPO KS bisa saja dipatok pada angka Rp 900-950 per lembar, namun akhirnya diputuskan untuk mencari harga yang paling optimal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement