REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Semua pihak diharapkan menjaga sensor gelombang tsunami atau buoy dalam Indonesian Tsunami Early Warning System (InaTEWS) agar sistem yang melindungi kehidupan masyarakat di pesisir dari bahaya tsunami dapat tetap berfungsi.
Hal tersebut dikemukakan Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Ridwan Djamaluddin, di Kantor BPPT, Jumat (29/10). Ridwan mengatakan, kendala yang dihadapi oleh sistem buoy seperti milik Indonesia adalah enviromental, vandalisme, dan pemilihan lokasi penempatan sensor.
Sementara itu, menurut Project Manager Tsunami Buoy BPPT Joko Hartodjo, pemerintah telah memasang 23 sensor gelombang tsunami (Buoy Tsunami) sejak 2006. Buoy tsunami Mentawai ditarik akibat kerusakan vandalisme pada dua antena satelit dan kabel sistem komunikasi bawah air pada bulan September 2010.
Buoy Mentawai tersebut direncanakan dipasang kembali pada 25 November 2010. Ternyata gempa terjadi sebelum buoy dipasang. Sedangkan perbaikan buoy berstatus rusak membutuhkan waktu yang sama seperti merangkai buoy dari awal.
Kendala pemilihan lokasi penempatan sensor juga terjadi di Mentawai. Menurut Joko, sekalipun buoy Mentawai masih berfungsi dengan baik, tetap akan terlambat memberikan data peringatan tsunami karena posisi peletakannya di laut antara Pulau Siberut dan Pantai Barat Padang. Pemilihan lokasi tersebut karena gempa sering terjadi di sekitar Kepulauan Mentawai yang berpusat di antara kepulauan tersebut dan pantai barat Padang.
Pada tsunami Mentawai lalu, pusat gempa terletak di sebelah barat Kepulauan Mentawai sehingga posisi Buoy terhalang oleh Pulau Pagai. Jarak antara pusat gempa ke pantai 50 km dengan gelombang tsunami berkecepatan rata-rata 700-800 km per jam. Gelombang tersebut membutuhkan waktu sekitar 5-7 menit sampai ke Pulau Pagai sehingga peringatan yang harus disampaikan akan terlambat.
Ridwan menambahkan BPPT akan terus mengkaji sistem buoy yang lebih tahan gangguan ataupun buoy yang bisa menyelam. Jika memungkinkan, akan dibuat sistem menggunakan kabel tanpa buoy yang dapat meminimalisasi kendala teknis buoy akibat pengrusakan sehingga buoy bisa berfungsi dengan baik.