Ahad 31 Oct 2010 00:03 WIB

Merapi Masih Akan Meletus Lagi, Mengapa?

Rep: Yulianingsih/ Red: Siwi Tri Puji B
Awan panas Merapi
Foto: grdurand.com
Awan panas Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Meski sudah dua kali melakukan letusan eksplosif (26 dan 30/10), tetapi Merapi masih diprediksikan akan mengeluarkan letusan eksplosif lagi. Pasalnya hingga saat ini magma Merapi belum juga keluar dari  pusat letusan tersebut.

“Titik api diam tanda lava muncul kita prediksikan akan mampu melepas energi Merapi, tetapi ternyata tidak setelah  gempa terus terjadi kemudian letusan eksplosif,” papar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM, Surono di kantor BPPTK Yogya, Sabtu (30/10).

Pihaknya kata Surono juga tidak bisa melihat apakah kubah sudah terbentuk pasca letusan kedua itu. Menurutnya, magma Merapi di puncak sendiri hingga detik ini belum keluar atau mengalir ke lereng Merapi. Kondisi inilah yang memungkinkan masih akan terjadinya letusan Merapi yang sifatnya eksplosif.

“Ini pembelajaran untuk kita semua. Kita tidak tahu maunya Merapi itu apa. Semuanya masih sangat mungkin sekali. Karenanya status awas masih terus kita tetapkan,” tambahnya.

Letusan besar terjadi di Gunung Merapi, Sabtu (29/10) sekitar pukul 00.15 WIB. Letusan ini menimbulkan awan panas, hujan abu dan pasir hingga sejauh 20 km--mendekati kota Yogjakarta. Akibat letusan Merapi ribuan warga, mengalami kepanikan.

Sepanjang Pakem hingga jalan Raya Kali Urang, ribuan warga yang menaiki kendaraan ramai-ramai mengungsi. Tak hanya warga, pengungsi di sejumlah barak pengungsian pun langsung di evakuasi ke tempat yang aman. Praktis kondisi di Sleman dan Yogjakarta menjadi mencekam.

Sebelumnya, muncul isu jika awan panas dan aliran lava akan menerjang hingga beberapa puluh kilometer. Isu ini kontan menyebabkan kepanikan. Wilayah Pakem langsung berubah menjadi lautan manusia di tengah malam. Orang-orang panik dan berlarian menuju ke kendaraannya. Bahkan, jalur jalan raya Kali Urang menjadi jalur satu arah ke Yogjakarta.

Hingga siang ini, hujan abu vulkanik masih melanda Yogyakarta dan sekitarnya. Hampir tiap jalan yang terbentang sepanjang Sleman dan kota Yogyakarta, tertutup abu putih vulkanik.

Sepanjang mata memandang, asap putih pekat membumbung karena tertiup angin kendaraan yang lewat. Alhasil jarak pandang menjadi terbatas. Di jalan trans Sleman-Yogyakarta, jalan Kaliurang, jarak pandang hanya dua meter. Kendaraan umumnya memperlambat lajunya dengan menyalakan lampu darurat.

Petugas posko utama bencana Merapi, Narto mengimbau pengendara untuk berhati-hati. "Selain jarak pandang terbatas, jalan juga licin. Karenanya setiap relawan kini berada di jalan untuk memberikan panduan bagi pengendara untuk memperlambat jalu kendaraan," ujarnya ketika dijumpai Republika di pertigaan Pakem, Sleman, Sabtu (30/10).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement