REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebelum peperangan melawan kaum kafir Quraisy di daerah Khandaq ini, umat Islam sangat khawatir menghadapi mereka. Pasalnya, jumlah pasukan Quraisy dan sekutunya mencapai sekitar 10 ribu orang. Sementara itu, dari kalangan umat Islam, hanya sebanyak empat ribu orang. Sebuah peperangan yang tidak seimbang. Hal ini merupakan ujian yang sangat berat bagi kaum Muslimin.
Dalam Alquran, Allah SWT menjelaskan, beratnya kondisi yang dihadapi umat Islam. "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) padamu ketika datang kepada tentara-tentara kepadamu. Lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan Allah Maha Melihat akan apa yang kami kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan bawah. Dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacammacam prasangka. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat (berat)." (QS Al-Ahzab [33]: 9-11).
Bahkan, saat penggalian parit, Rasul SAW turun tangan untuk membantu kaum Muslimin. Tak hanya pekerjaan untuk menyelesaikan galian parit yang mencapai lebih dari lima kilometer itu, tetapi juga karena minimnya bekal makanan.
Abu Thalhah meriwayatkan, saat penggalian itu, kaum Muslimin terpaksa mengganjal perut mereka dengan beberapa buah batu. "Ketika kami mengeluh kelaparan kepada Rasulullah, kami berjalan sambil mengganjal perut dengan beberapa buah batu. Dan kami menyaksikan Rasulullah juga mengganjal perutnya dengan dua buah batu."
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, ia berkata; "Ketika kami sedang menggali parit pada Perang Khandaq, kami menemukan tanah yang keras, maka mereka mengadukan kepada Rasul, kemudian Rasul menjawab; "Biarlah aku sendiri yang mencangkulnya." Kemudian Rasul mencangkulnya, dan akhirnya tanah yang keras itu berubah menjadi lunak bagaikan onggokan pasir." (HR Bukhari).
Ungkapan serupa juga diriwayatkan Imam Baihaqi dari Al-Barra bin Azib Al-Anshariy RA. "Pada saat kaum Muslimin menggali parit, mereka melihat sebuah batu besar yang tidak dapat dipecahkan dengan cangkul atau beliung mereka. Mereka memberitahukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Dengan tiga kali ayunan beliung Rasul, batu besar itu hancur berkeping-keping."
Maka, ketika penggalian parit selesai, beberapa hari kemudian, datanglah pasukan kafir Quraisy. Menyaksikan jumlahnya yang demikian besar, Rasul SAW berdoa agar Allah membantu perjuangan kaum Muslimin. Doa beliau itu dipanjatkan saat berada di Masjid Fatah. Beliau berdoa selama tiga hari berturut-turut. Dan akhirnya, peperangan ini berhasil dimenangkan kaum Muslimin atas bantuan Allah yang mengirimkan tentara Malaikat yang tak terlihat.
Dinamakan dengan Masjid Fatah disebabkan umat Islam memperoleh kemenangan. Al-Fatah berarti kemenangan. Masjid ini berada di atas bukit Sila (Sal'a). Bukit ini disebut juga dengan nama Jabal as-Sila'.