Jumat 05 Nov 2010 04:43 WIB

Asisten Suu Kyi Desak Wisatawan ke Myanmar

 

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Seorang aktivis yang dekat dengan ikon demokrasi Aung San Suu Kyi telah menyerukan warga asing untuk mengunjungi Myanmar yang diperintah oleh junta militer guna menyaksikan secara langsung penderitaan rakyatnya, menurut sebuah surat kabar Inggris, Kamis. Win Tin, salah seorang pendiri Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi, mengatakan kepada The Times bahwa bertentangan dengan seruan sebelumnya untuk memboikot pariwisata, partai itu sekarang ingin pihak luar mempelajari lebih banyak tentang negara itu, yang juga dikenal sebagai Burma.

"Kami ingin orang datang ke Burma, tidak untuk membantu junta, tetapi untuk membantu rakyat dengan memahami situasi politik, ekonomi, moral - dan segalanya," katanya. Komentarnya itu diberikan beberapa hari sebelum negara itu menggelar pemilihan umum pertama sejak kemenangan telak partai Suu Kyi pada tahun 1990 yang tidak pernah diakui oleh junta.

NLD menolak untuk berpartisipasi dalam pemilihan akhir pekan ini dan telah dibubarkan. Suu Kyi, yang sejak kemenangannya itu menghabiskan sebagian besar dari 20 tahun terakhirnya dipenjara, telah mendesak wisatawan untuk menjauh, menjawab upaya junta meningkatkan pariwisata pada 1996.

Laporan Times menyebutkam kekhawatiran bahwa uang dari wisatawan luar negeri akan digunakan untuk mendukung tentara, sementara Suu Kyi mengatakan pada saat itu jika "berwisatwa sekarang adalah sama dengan memaafkan rezim". Banyak orang asing menjauh dari negeri itu dan tempat-tempat wisatanya seperti kota tua Mandalay dan kuil Bagan.

Tahun lalu hanya 230.000 warga asing tiba di bandara Yangon, lebih dari setengah dari mereka adalah wisatawan, menurut perkiraan resmi, dibandingkan dengan target 14 juta wisatawan asing di Thailand pada tahun 2009. Win Tin mengatakan bahwa menyambut wisatawan bisa membantu membuka negeri dari pantauan asing, peningkatan pemahaman dan meningkatkan pendapatan. "Bagi dunia luar adalah untuk melihat, mengetahui situasi kami, yang dapat banyak membantu kami, kami kira," katanya.

Tapi kekhawatiran bahwa peningkatan jumlah wisatawan akan menggemukkan kantong para jenderal dan kroninya tetap tersisa. "Memiliki sebuah kapal pesiar yang sangat besar dengan ratusan wisatawan datang - itu merupakan uang yang banyak untuk rezim, dan kami tidak menyukai bisnis besar seperti itu," katanya.

Win Tin mengatakan tidak jelas apakah Suu Kyi sendiri mendukung gagasan guna mendorong lebih banyak pengunjung luar negeri. Pemenang penghargaan Nobel Perdamaian itu akan mengakhiri masa tahanan rumahnya pada 13 November.

sumber : ant/AFP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement