Jumat 05 Nov 2010 07:23 WIB

Pemerintah Harus Lindungi dari Praktik Perdagangan Asing yang tak Sehat

Rep: Palupi Annisa Auliani/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Pemerintah harus lebih memperhatikan persaingan tak sehat yang dilakukan asing. Untuk kepentingan industri dalam negeri, perlindungan terhadap praktik perdagangan asing yang tak sehat harus kian diperkuat.

Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad Hari Wibowo, Kamis (4/11), mengutarakan ada dua hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk pemulihan ekonomi yang tak seimbang antara negara maju dan negara berkembang. Pertama, produsen dalam negeri harus didorong.

‘’Mulai dari pelaku industri sampai pertanian,’’ kata dia. Selama ini, tuturnya, kebijakan untuk mendorong kapasitas produsen dalam negeri ini masih sangat kurang.

Kedua, harus ada penguatan perlindungan terhadap praktik perdagangan tak sehat dari luar negeri. "Misalnya praktik dumping, barang rusak atau tak berkualitas, dan subsidi terselubung,’’ kata dia. Ia mengingatkan selama ini kebijakan terkait hal ini juga masih minim.

Dradjad menambahkan, standardisasi merupakan kebutuhan mutlak berikutnya. Minimnya kebijakan yang mendorong produsen dalam negeri, perlindungan praktik perdagangan tak sehat, dan soal ketiadaan standardisasi adalah pemicu sehingga sektor konsumsi dipenuhi produk impor.

"Konsumsi tak bisa dinikmati pelaku usaha dalam negeri. Butuh dua pedang itu tadi," kilahnya. Ia mengingatkan jangan sampai konsumsi yang menjadi sandaran itu isinya dari impor.

Menurut Drajad, banyak cara untuk mendorong produsen dan itu tergantung produknya. Sebagai contoh, untuk produk buah-buahan, harus ada upaya untuk memperbaiki kualitas.

Ia memberi contoh, mangga yang tak tumbuh di setiap negara harusnya menjadi produk eksotik ketika ada pembinaan mengenai kualitas. Demikian juga produk perikanan, cokelat, maupun yang lain, seharusnya tak berhenti di produk ‘seadanya’ yang bersaing di antaranya sesama saja sehingga tak ada nilai tambah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement