Selasa 09 Nov 2010 22:21 WIB

Pemerintah Diminta Suarakan Kedaulatan Ekonomi ke Obama

Presiden SBY
Presiden SBY

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ekonom senior Universitas Indonesia Sri Edi Swasono meminta pemerintah menyuarakan kedaulatan dan kemandirian ekonomi nasional kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama. "Pemerintah mesti tunjukkan kepentingan ekonomi nasional saat Obama ke sini," katanya di Jakarta, Selasa (9/11).

Presiden Obama dijadwalkan tiba di Jakarta pada Selasa sore ini guna melakukan kunjungan kenegaraan hingga Rabu (10/11). Sejumlah agenda selama Obama berada di Jakarta antara lain melakukan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, berpidato di Masjid Istiqlal, mengunjungi Taman Makam Kalibata, dan memberikan kuliah umum di UI, Depok.

Sri Edi mencontohkan, pemerintah bisa menyuarakan peningkatan kepentingan nasional dalam pengelolaan tambang emas dan tembaga raksasa milik AS, PT Freeport Indonesia di Papua. "Kita sekarang sudah mampu baik finansial maupun teknologi mengelola Freeport," katanya.

Demikian pula, lanjutnya, terhadap wilayah kerja Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil dan Tambang Batu Hijau milik PT Newmont Nusa Tenggara. "Kita bisa dengan mudah meminjam dana dengan jaminan blok migas dan lokasi tambang yang ada," tambahnya.

Hal senada dikemukakan Direktur Indonesia Resources Studies (Iress) Marwan Batubara. Menurut dia, Indonesia perlu membatasi investasi asing dan lebih memperbanyak peran perusahaan nasional khususnya BUMN. "Kita tidak anti investasi asing. Hanya saja, mesti diatur dan dikendalikan dengan mengacu pasal 33 UUD yakni sumber daya alam dikuasai negara melalui BUMN," ujarnya.

Saat ini, penguasaan tambang PT Aneka Tambang Tbk sangat kecil dibandingkan Freeport. Menurut dia, pengelolaan sumber daya alam melalui BUMN akan memberikan manfaat optimal. "Tentunya, dengan syarat BUMN dikelola secara profesional," tambahnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement