REPUBLIKA.CO.ID,
TEHERAN--Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan pada hari Rabu bahwa negara Islam Iran tidak akan membahas program nuklir dalam pembicaraan yang diusulkan dengan enam negara besar, televisi pemerintah melaporkan. Komentarnya akan cenderung lebih memperdalam skeptisisme Barat tentang kemungkinan solusi yang dirundingkan ke arah jalan buntu.
"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa program (nuklir) kami adalah hal yang tidak bisa ditawar ... Kami hanya melakukan pembicaraan untuk mengatasi masalah-masalah internasional ... untuk membantu pembentukan perdamaian," kata Ahmadinejad dalam pidato televisi di kota Qazvin.
Ahmadinejad mengatakan Iran selalu mendukung perundingan yang diadakan secara rasional dan logis. "Tetapi bangsa Iran tidak akan membiarkan siapa pun untuk melanggar hak-hak dasar ... mereka jelas harus mengumumkan pandangan mereka tentang beberapa isu-isu internasional," katanya, merujuk pada negara-negara besar.
"Iran menyambut baik uluran tangankejujuran tapi akan memotong setiap uluran tangan dengan penipuan."
Barat ingin Iran terlibat dalam pembicaraan tentang program itu dengan Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Inggris, Jerman, dan Cina. Dalam surat tertanggal 9 November dan dilihat oleh Reuters, kepala perunding nuklir Iran, Saeed Jalili, mengatakan Menteri Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton bahwa ia siap untuk bertemu pada 23 November atau 5Desember di Turki, anggota NATO dan calon anggota Uni Eropa.
Juru bicara Ashton mengatakan dia akan membahas surat dengan enam kekuatan dunia lain, yang telah memberinya mandat untuk mengadakan pembicaraan dengan Jalili. Pembicaraan antara Iran dan negara-negara besar gagal lebih dari setahun yang lalu, mengarah pada pengetatan sanksi internasional terhadap Teheran.
David Albright, kepala Institut untuk Sains dan Keamanan Internasional yang berbasis di Washington mengatakan Iran enggan untuk mengadakan pembicaraan yang dapat menahan aktivitas nuklirnya.