REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-–Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) hendaknya dapat memberikan harga premium bagi perusahaan maupun smallholder yang menerapkan ISPO nantinya. Pasalnya Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang saat ini menjadi acuan dalam pembangunan kelapa sawit berkelanjutan belum memberikan manfaat lebih bagi pemegang sertifikasi.
Pengamat perkelapasawitan, Achmad Manggabarani, mengatakan perusahaan yang memperoleh sertifikat RSPO kini belum mendapatkan harga premium yang memadai. Selain itu, dalam memperoleh sertifikasi RSPO pun memerlukan waktu yang cukup lama. “Sekarang perusahaan sawit Indonesia yang dapat sertifikasi RSPO baru ada lima perusahaan, padahal RSPO sudah tiga tahun. Jadi sekarang sudah sertifikasi lama prosesnya, juga bagi yang menerima sertifikasi belum menerima manfaat yang besar,” kata Manggabarani, Kamis (11/11).
Ia menambahkan ISPO yang tengah direncanakan pemerintah pun sebenarnya sama dengan RSPO namun lebih disesuaikan dengan industry kelapa sawit dalam negeri. “Kita berharap dengan sertifikat ISPO maka secara legal akan dinyatakan sustainable dan seharusnya yang mendapat ISPO dapat sawit yang sustainable juga,” tukas Manggabarani. Ia pun menuturkan usaha pemerintah dalam menerapkan ISPO merupakan suatu langkah maju demi menciptakan industry kelapa sawit berkelanjutan di tanah air. Manggabarani mengatakan di tahap awal penerapan ISPO harus dilakukan oleh perusahaan besar, kemudian kepada petani plasma dan petani kecil.
Sebelumnya, Asisten Deputi Urusan Perkebunan dan Hortikultura Deputi Bidang Pertanian dan Kelautan Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengatakan saat ini ISPO masih dalam penyempurnaan pemerintah. Namun mengenai akan diperolehnya harga premium bagi pemegang sertifikat ISPO nantinya, hal tersebut belum ditentukan. “Kita belum sampai ke nilai dagangnya, sekarang masih dalam koordinasi teknis,” kata Musdhalifah.
Harga minyak sawit mentah di pasar ekspor tahun ini menembus 1000 dolar AS per ton dan diprediksi akan tetap stabil hingga akhir tahun ini karena meningkatnya permintaan. Ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia mencapai 17 juta ton, hampir menyamai produksi CPO Malaysia yang berjumlah 18 juta ton. Produksi CPO Indonesia sampai akhir 2010 diperkirakan antara 21-22 juta ton.