REPUBLIKA.CO.ID, AMBON--Wafatnya Des Alwi, yang merupakan salah satu putra terbaik asal Maluku, di Jakarta pada Jumat dinihari (12/11), membuat masyarakat daerah itu benar-benar merasa kehilangan. "Kita merasa kehilangan dengan kepergian Om Des, karena almarhum adalah putra terbaik daerah maupun salah satu tokoh nasional milik masyarakat Indonesia," kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Maluku, Taher Hanubun di Ambon.
Tokoh sejawaran asal Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah ini, meninggal dunia dalam usia 85 tahun dan meninggalkan empat orang anaknya masing-masing dr. Mira Alwi, Tania Alwi, Remon Alwi dan almarhum Karma Alwi ditambah lima orang cucu.
Semasa hidupnya, menurut Hanubun, almarhum dikenal sebagai sosok yang baik dan pernah menduduki sejumlah jabatan penting seperti menjadi Duta Besar Indonesia untuk negara sahabat Malaysia, maupun sebagai diplomat di Filipina, Hongkong dan Swiss.
"Pria kelahiran 17 November 1927 ini memiliki pola hidup yang sederhana dan ramah serta akrab dengan siapa saja," katanya. Des Alwi juga dikenal memiliki jasa yang besar dalam menciptakan hubungan antara negara yang harmonis antara Malaysia dan Indonesia sejak puluhan tahun silam.
Selain itu, sosok almarhum semasa hidupnya juga dikenal sangat berjasa dalam menjaga dan melestarikan situs-situs sejarah di Pulau Banda, mulai dari benteng Benfica peninggalan Portugis yang didirikan sekitar abad XV sampai barang-barang peninggalan tokoh Proklamator RI Bung Hatta maupun bung Syahrir yang pernah dibuang ke Pulau Banda oleh penjajah Belanda.
"Secara prbadi maupun kelembagaan DPRD dan atas nama rakyat Maluku, kami mengucapkan selamat jalan kepada almarhum semoga diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan bagi keluarga yang ditinggalkan semoga tetap diberi ketabahan," katanya.