REPUBLIKA.CO.ID,YANGON, MYANMAR -- Pemimpin pro-demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi dibebaskan dari tahanan rumahnya, Sabtu (13/11). Ribuan pendukungnya yang berada didepan rumah wanita pemenang nobel perdamaian menyambut gembira kebebasannya.
Suu Kyi tersenyum gembira menemui ribuan pendukungnya di pagar halaman rumahnya. Wanita karismatik itu mengenakan jaket tradisional dan bunga dirambutnya menemui pendukungnya yang bersorak dan bernyanyi lagu kebangsaan.
Dengan bahasa Burma, wanita berusia 65 tahun itu mengucapkan terimakasih atas simpati yang diberikan untuknya. Dia juga mengatakan didepan ribuan pendukungnya untuk bertemu kembali di markas politiknya pada Ahad (14/11).
Suu Kyi telah menjalani masa tahanan sebagai tahanan rumah selama 15 tahun dari 21 tahun masa tahanan. Saat pembebasan berlangsung, ribuan pendukungnya menanti didepan rumahnya. Polisi telah menyingkirkan kawat berduri disekitar tempat tinggal Suu Kyi, sehingga para pendukungnya bisa mendekat.
" Aung San Suu Kyi merupakan inspirasi bagi kita semua yang percaya pada kebebasan berbicara, demokrasi, dan hak asasi manusia" ujar Perdana Mentri Inggris, David Cameron pada sebuah pernyataan.
Pengacaranya, Nyan Win menuturkan setelah dinyatakan bebas dia akan bertemu dengan para pemimpin partainya di sebelum memutuskan langkah yang akan diambil. Selain itu, wanita berusia 65 tahun ini akan mengunjungi tempat suci dikalangan masyarakat Myanmar, yaitu Pagoda Shwedagon.
Wanita yang dikenal karismatik, blak-blakan dan tak kenal lelah ini terkenal karena mengancam penguasa baru rezim militer. Kebebasan Suu Kyi telah menjadi tuntutan utama negara-negara barat dan kelompok kritis terhadap hak asasi manusia yang buruk karena rezim militer.
Suu Kyi telah menjadi simbol bagi sebuah perjuangan untuk membersihkan negara Asia Tenggara dari masa pemerintahan rezim militer. AP/c32