REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Saat ini PT Bank Negara Indonesia Tbk tengah melangsungkan bookbuilding atau pendaftaran pemesanan untuk keperluan rights issue atau penerbitan saham terbatasnya. Pelaksanaan bookbuilding ini akan dilakukan sampai 22 November mendatang.
"Bookbuilding baru mulai hari ini sampai 22 November 2010," kata Direktur Utama Bahana Securities, Eko Yuliantoro saat ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (15/11).
Mengingat pelaksanaan bookbuilding masih berlangsung, ia mengaku belum bisa memperkirakan berapa besar permintaan dan oversubscribe rights issue BNI. "(Permintaan dan oversubscribe) itu sih tanya ke underwriter asing. Respons investor positif. Tapi belum tahu berapa besar permintaan dan oversubscribed," ungkap Eko.
Dia memaparkan, selepas masa bookbuilding rampung, selanjutnya harga saham rights issue BNI akan ditetapkan. Menurut Eko, terkait berapa besar harga saham rights issue tersebut, maka harus mendapatkan persetujuan dari Kementerian BUMN selaku pemegang saham BNI.
"Kalau pricing (harga saham rights issue BNI) ya setelah book building. Itu kan harus ada persetujuan dari Menteri BUMN dulu," ujarnya.
Berdasarkan prospektus ringkas yang dipublikasikan BNI pada Selasa (26/10) lalu, disebutkan harga nominal saham rights issue BNI sebesar Rp 375 per saham, dan harga pelaksanaannya adalah sebesar Rp 2.300-3.700 per saham. Harga tersebut sudah mendapat diskon sebesar 7,5-42,5 persen dari harga pasar saham BNI saat ini sebesar Rp 4.000 per lembar.
Pelepasan saham ini menggunakan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), yakni setiap pemegang 500 ribu saham lama berhak mendapatkan 110.473 HMETD. BNI menyatakan sebanyak 80 persen dari dana yang terkumpul akan dipergunakan untuk penyaluran kredit korporasi, usaha menengah, usaha kecil dan konsumer.
Sekitar 15 persen akan dipergunakan untuk pengembangan infrastruktur pada teknologi informasi, outlet, ATM dan lain-lain. Dan sekira lima persen akan dipergunakan untuk pengembangan anak usaha perseroan.
Sebelumnya, Direktur Pelaksana PT UBS Securities Indonesia, Rajiv Louis, mengatakan BNI menemui sejumlah investor di kawasan Timur Tengah. Bank pelat merah ini juga sebelumnya sudah menemui para investor di Singapura, Hong Kong, serta Tokyo.
Kunjungan ke sejumlah negara tersebut untuk menawarkan saham terbatas (rights issue)-nya yang akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Desember mendatang. "Rights issue BNI akan mencari investor di Timur Tengah mulai pekan ini. Kita sudah bertemu investor di Singapura, Hong Kong, serta Tokyo," kata Rajiv.
UBS dan Goldman Sachs adalah joint coordinator rights issue BNI. Sedangkan ketiga sekuritas lainnya, yakni Morgan Stanley, Macquarie, dan Credit Suisse sebagai joint bookrunner. Menyinggung kepemilikan investor asing dalam rights issue BNI, Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan porsi asing dibatasi hanya 45 persen.
Sementara pemerintah akan memprioritaskan pemilik modal dalam negeri dengan porsi mencapai 55 persen. "Porsi asing dan lokal kita tentukan 45 asing lokal 55, ini untuk BNI dulu ya. Mandiri nanti baru kita tentukan," ujar Mustafa.