REPUBLIKA.CO.ID,OTTAWA--Keputusan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper memperpanjang masa tugas tentara di Afghanistan melewati amanat parlemen untuk 2011 dikecam partai lawan pada Senin. Pada pekan lalu, Ottawa mengumumkan akan mengerahkan pelatih tentara -sampai 1.000 orang, kata partai lawan- hingga 2014 untuk membantu pasukan keamanan Afghanistan mengambil alih keamanan di negara terkoyak perang itu.
Partai utama lawan Liberal Kanada mendukung tugas baru pelatihan tersebut. Tapi, kiri Demokrat Baru dan pemberontak Kelompok Quebec menuduh Harper melanggar janji memulangkan 2.800 tentara Kanada pada musim panas ini setelah sembilan tahun melawan pejuang Afghanistan.
Mereka juga mencatat Harper bersumpah meminta persetujuan parlemen untuk setiap perpanjangan masa tugas. "Secara sepihak memperpanjang tugas tentara di Afghanistan adalah salah," kata pemimpin Partai Demokratik Baru Jack Layton kepada wartawan dalam tanggapan, yang kemudian digemakan anggota parlemen dari Kelompok Quebec. "Ini kemerosotan menyedihkan di tingkat tanggung jawab demokratik, yang diharapkan rakyat Kanada," katanya.
Harper, di puncak pemerintah kecil Konservatif sejak 2006, pada pekan lalu menyatakan mendapatkan dukungan parlemen sangat penting "demi keabsahan" bila membicarakan peperangan. "Tapi, ketika kita berbicara hanya tentang tugas kiat atau pelatihan, saya pikir itu dapat dilakukan eksekutif sendiri," tambahnya.
Di parlemen, pemimpin Liberal Michael Ignatieff menekan pemerintah mengumumkan rincian jumlah pelatih tentara, yang akan dikerahkan, tempat mereka bergerak dan apakah mereka tetap di garis belakang.
"Kita berada lima hari dari temu puncak Lisabon dan pemerintah tidak dapat hadir di parlemen dan memberi tahu kami seperti apa tugas tempur pasca-2011," katanya.
Pemimpin NATO berencana membahas Afghanistan dan memetakan masa depan persekutuan lintas Atlantik
itu dalam pertemuan di Lisabon pada Jumat dan Sabtu. "Tidak ada politisi mumpuni di dunia Barat percaya bahwa Anda bersungguh-sungguh tentang masa depan Afghanistan dan tidak menguatirkan keamanan," kata anggota parlemen dari Liberal Bob Rae, menegaskan bahwa pelatihan NATO untuk pasukan Afghanistan adalah satu-satunya jalan keluar.
Tapi, Layton mencatat bahwa setiap pelatihan seperti itu berarti bahwa tentara akan terkena bahaya dan kemungkinan bertempur. "Jadi, tentara kami sudah waktunya pulang," tambahnya.
Kemelut itu telah merenggut nyawa 152 tentara Kanada, selain satu wartawan, pekerja bantuan dan seorang diplomat senior sejak awal Kanada terlibat dalam tugas tempur pada 2002. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Kanada pada tengah Juli menyerahkan kendali kota Kandahar di Afghanistan selatan kepada tentara Amerika Serikat dari Divisi Airborne ke-82, karena mulai mengurangi tugasnya dan NATO merombak pasukan negara itu.
Jejak Kanada di negara porak poranda akibat perang itu menyusut menjadi kesatuan setingkat brigade di selatan dan barat kota tersebut di daerah Dand, Daman dan Panjwaii, setelah menyerahkan wilayah Zhari dan Arghandab pada dua pekan sebelumnya.