REPUBLIKA.CO.ID, WINA--Direktur Institute for Study of Islamic Though and Civilization (Insist) Hamid Fahmy Zarkasyi mengatakan, pemahaman masyarakat Barat terhadap Islam moderat di Indonesia masih sedikit sehingga pemerintah perlu terus meningkatkan dialog antaragama dengan masyarakat Barat, termasuk dengan kalangan akademisinya.
"Pemahaman mereka masih lemah. Mereka masih heran di Indonesia bisa terwujud toleransi, padahal masyarakatnya beragam baik dari agama maupun suku. Itu terlihat dari pertanyaan mereka," kata Hamid di Wina, Selasa (16/11), di sela memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Wina mengenai kehidupan beragama di Indonesia dalam rangka menciptakan harmonisasi antarmasyarakat.
Hamid dan Guru Besar Studi Islam Univesitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Prof Nur Khalis Setiawan dan Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Prof Dr BS Mardiatmadja, berada di Austria dalam rangka mengikuti kegiatan Kampanye Diplomasi Publik yang digagas oleh Kementerian Luar Negeri. Mereka akan berbicara di dua kota, yakni di Wina dan Salzburg.
Untuk itu, kata Hamid, kerjasama dan dialog antaragama dengan masyarakat Barat perlu ditingkatkan lagi. Ia mengatakan tokoh atau pemikir Islam dari Indonesia perlu lebih banyak lagi yang menerangkan mengenai kehidupan antaragama dan Islam di Indonesia kepada masyarakat Barat.
Sementara itu, tokoh-tokoh agama Barat perlu perlu pula diajak ke Indonesia untuk mengetahui kehidupan antaragama di Indonesia dan juga Islam sehingga antara kedua belah pihak bisa saling belajar dan menumbuhkan sikap saling menghargai.
Oleh sebab itu Hamid mendukung program yang dikembangkan oleh Kementerian Luar Negeri tersebut. Namun demikian, Hamid juga meminta agar program kegiatan tersebut perlu disusun dengan baik agar hasil yang diperoleh benar-benar maksimal dan luas.
Saat kunjungan Presiden Austria, Heinz Fischer, ke Indonesia 9 November Indonesia dan Austria menandatangani perjanjian di bidang peningkatan kerja sama dialog antarumat beragama untuk mendorong hubungan kedua negara yang lebih baik.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, kerja sama itu dapat berbentuk pertukaran pelajar ataupun kunjungan pemuka agama dari kedua negara dalam upaya membentuk dialog antar penganut agama.
Sementara itu Presiden Fischer mengatakan, Austria telah mendorong adanya dialog antar umat beragama di dalam negeri mereka sebagai upaya untuk mendorong adanya rasa saling memahami. "Hal tersebut kami kembangkan dengan kerja sama di bidang tersebut dengan negara lain, dan kami memilih Indonesia," jelasnya.