Kamis 18 Nov 2010 04:54 WIB

Tak Lelang SBI Tiga Bulan, Operasi Moneter Kontraksi

Rep: Palupi Annisa Auliani/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Langkah Bank Indonesia (BI) tak menawarkan sertifikat BI (SBI) bertenor 3 bulan pada lelang 10 November, menyebabkan kontraksi biaya operasi moneter. Penawaran SBI bertenor 6 dan 9 bulan, oversubscribed. Dana asing yang bertengger di instrumen moneter pun tercatat turun.

"Potensi likuiditas besar, (tapi) operasi moneter //net// kontraksi," kata Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah, dalam siaran pers hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI mingguan, Rabu (17/11).

Penawaran SBI dengan tenor lebih panjang, merupakan bagian dari strategi penguatan pengelolaan moneter untuk menyerap kelebihan likuiditas saat ini. Pada pelelangan terakhir, Rabu (10/11) kemarin, terjadi oversubscribed untuk penawaran SBI bertenor 6 dan 9 bulan. Yaitu mencapai Rp 109 triliun, dari target indikatif Rp 60 triliun.

Hal ini mendorong terjadinya penurunan tawaran suku bunga, masing-masing turun 23 bps untuk SBI 6 bulan dan 11 bps untuk SBI 9 bulan. Penyerapan likuditas yang sesuai dengan target, Rp 60 triliun, menyebabkan stop out rate (SOR) dari SBI 6 bulan turun 25 bps menjadi 6,5 persen, dan SOR dari SBI 9 bulan turun 3 bps menjadi 6,82 persen.

Sementara diskonto rrt SBI 6 bulan turun 31 bps menjadi 6,42326 persen dan diskonto rrt SBI 9 bulan turun 14 bps menjadi 6,7 persen. Dengan hasil lelang pada 10 November tersebut, porsi SBI 6 bulan dan 9 bulan menjadi 71 persen dari total Rp 213,56 triliun yang ditempatkan perbankan di SBI.

Pada pelelangan November 2010 ini, SBI bertenor 6 bulan menyerap dana RP 42,23 triliun, sementara SBI 9 bulan menyerap Rp 17,77 triliun.

Pasar valas

Transaksi di pasar valas, ujar Difi, memperlihatkan aktifitas transaksi net beli senilai 43,4 juta dolar Amerika, setelah sebelumnya terjadi net jual 44,4 juta dolar Amerika. "(Ini) terutama terkait jatuh tempo SBI asing yang belum di roll over setelah pelaksanaan lelang SBI," kata dia.

Dana asing

Total penempatan dana asing di instrumen rupiah pada pekan kedua November 2010, 8-12 November 2010, mengalami penurunan. "Berbeda dengan SUN yang net beli, pada SBI asing (terjadi) net jual, karena SBI mereka yang jatuh tempo tidak dapat langsung ditempatkan kembali sehubungan dengan keterbatasan pasokan di pasar," kata Difi.

Sementara di pasar saham terjadi aksi pengambilan keuntungan. "Sehingga asing net jual walau dalam jumlah kecil. Penempatan dana asing terbesar tetap ada di SUN. Per 12 November 2010, porsi asing di SUN meningkat dari Rp 192,36 triliun (31,2 persen total SUN) menjadi Rp 194,86 triliun (31,5 persen total SUN). 

Sementara penempatan dana asing di SUN turun dari Rp 71,26 triliun (31,7 persen total SBI) pada pekan sebelumnya, menjadi Rp 63,16 triliun (29,6 persen total SBI) per 12 November 2010.

SBI Sekunder

Penawaran yang jauh melampaui target SBI yang ditawarkan, mengakibatkan kenaikan volume transaksi di pasar sekunder SBI. "Meningkat signifikan didorong pembelian investor asing untuk menggantikan SBI-nya yang jatuh tempo," kata dia.

Tercatat transaksi SBI di pasar sekunder mencapai Rp 6,5 triliun, setelah pada pekan sebelumnya hanya tercatat Rp 0,5 triliun. Kenaikan transaksi SBI di pasar sekunder, mendorong penurunan yield spread SBI baik di pasar sekunder maupun primer. "Yaitu turun menjadi sekitar 23-204 bps di bawah yield pasar primer," ujar Difi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement